Tentara Israel Berpakaian seperti Perempuan Palestina untuk Membunuh Komandan Gaza


Pasukan khusus Israel menyamar sebagai perempuan selama operasi militer rahasia di Gaza selatan pada hari Senin (19/5/2025) yang mengakibatkan pembunuhan seorang komandan Palestina terkemuka dan penculikan keluarganya.

Menurut media Palestina, Ahmad Sarhan, seorang pemimpin senior Brigade Nasser Salahuddin, sayap bersenjata Komite Perlawanan Rakyat (PRC) tewas di Khan Younis dalam baku tembak dengan pasukan Israel. Istri dan anak-anaknya dilaporkan dibawa oleh militer Israel selama operasi tersebut.

PRC, aliansi faksi-faksi Palestina yang lebih kecil, dianggap sebagai kelompok bersenjata terbesar ketiga di Gaza setelah Hamas dan Jihad Islam. Unit Israel dilaporkan memasuki area tersebut sebelum fajar dengan truk-truk yang penuh dengan kasur dan makanan, menyamar sebagai warga sipil yang mengungsi. 

Beberapa tentara, berpakaian seperti wanita, bersembunyi di dalam kendaraan untuk menghindari deteksi saat mereka mendekati lokasi yang diduga sebagai tempat tinggal Sarhan.

Setelah penyamaran mereka terbongkar, bentrokan hebat pun terjadi. Sarhan tewas dalam baku tembak, dan pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara untuk mendukung penarikan pasukan.

Beberapa laporan menyatakan bahwa pasukan Israel awalnya bermaksud menangkap hidup-hidup Sarhan yang diduga terlibat dalam penyekapan. Namun ia akhirnya tewas dalam penyerbuan tersebut. Jenazahnya kemudian dibawa ke Rumah Sakit Nasser dan dikenang oleh brigadenya.

Militer Israel mengatakan operasi itu merupakan bagian dari serangan darat dan udara yang sedang berlangsung, yang disebut sebagai Operasi Gideon’s Chariots, tetapi tidak mengonfirmasi atau membantah tujuan khusus dari serangan itu. Spekulasi awal menunjukkan misi itu bertujuan untuk menemukan tawanan, tetapi militer membantahnya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Secara terpisah, militer pada hari Senin memerintahkan evakuasi segera Khan Younis, kota terbesar kedua di Gaza, menjelang apa yang disebutnya sebagai serangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kota dan daerah sekitarnya sejak itu telah dibombardir secara intensif.

Israel mengklaim 24 tawanan yang ditangkap pada 7 Oktober 2023 masih hidup di Gaza, termasuk seorang warga negara Thailand dan Nepal. Negosiasi gencatan senjata yang dimediasi pihak internasional sejauh ini gagal, karena krisis kemanusiaan semakin dalam.

Beberapa truk bantuan memasuki Gaza pada hari Senin untuk pertama kalinya dalam dua bulan, tetapi PBB memperingatkan bantuan tersebut jauh dari memadai. Lebih dari 53.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Ribuan lainnya diyakini masih terjebak atau terkubur di bawah reruntuhan.