Inersia

Tips Mencegah Demam Tifoid

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 11 – 20 juta orang sakit karena demam tifoid dan mengakibatkan kematian sebanyak 128.000 – 161.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Lantas bagaimana tips mencegah demam tifoid?

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.

Penyakit akut ini memiliki gejala demam yang meningkat secara bertahap tiap hari serta lebih tinggi pada malam hari, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan dan lemas, serta munculnya ruam. Pada anak-anak, tifoid disertai sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi.

Kasus terbanyak demam tifoid terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia, demam tifoid termasuk penyakit endemik sebab prevalensi demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk per tahun.

Berdasarkan studi yang dilakukan di daerah kumuh di Jakarta, diperkirakan insidensi demam tifoid adalah 148.7 per 100.000 penduduk per tahun pada rentang usia 2 – 4 tahun, 180.3 pada rentang usia 5–15 tahun dan 51.2 pada usia diatas 16 tahun.

Salah satu tips mencegah demam typoid adalah dengan memperhatikan pentingnya mendapatkan vaksinasi untuk mencegah penyakit menular melalui makanan atau food borne disease terutama penyakit tifoid. Melalui vaksinasi, tubuh mendapatkan perlindungan ekstra dan kita bisa menyantap berbagai makanan dan minuman tanpa rasa khawatir.

Food borne disease seperti demam tifoid dapat dicegah dengan cara menjaga sanitasi dan higienitas pribadi dan menghindari kontak dengan penderita. Mengingat Indonesia masih merupkan negara endemik tifoid, maka vaksinasi merupakan langkah optimal serta efektif untuk mencegah demam tifoid. Cara kerja vaksinasi untuk penyakit tifoid yaitu meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi. Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali,” kata Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI saat temu media virtual Sanofi, Jakarta, baru-baru ini.

Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi polisakarida Vi. Data setelah pemantauan selama 20 bulan menunjukkan vaksin tifoid jenis ini memberikan perlindungan terhadap penyakit tifoid sebesar 74 persen.

Melalui vaksinasi, tubuh mendapatkan perlindungan ekstra dan masyarakat bisa menyantap berbagai makanan dan minuman tanpa rasa khawatir. Hal ini penting sebab risiko kontaminasi makanan atau minuman bisa terjadi pada tahap mempersiapkan bahan makanan, proses pengolahan, penyajian, pengemasan, penyimpanan, dan bahkan tahap pengantaran makanan, baik yang disiapkan sendiri, dibeli, maupun melalui pemesanan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button