Trump Optimistis Gencatan Senjata Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan


Sebuah optimisme yang mengejutkan datang dari Gedung Putih. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas bisa saja tercapai dalam waktu dekat, bahkan, ia berujar, ‘dalam satu minggu ke depan’.

Pernyataan ini ia sampaikan kepada media, menegaskan bahwa Washington melihat peluang besar bagi terciptanya kesepakatan damai sementara di Gaza yang porak-poranda.

“Saya pikir kita hampir sampai,” ujar Trump, seperti dikutip dari CBS News pada Sabtu (28/6/2025).

Dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, ia melanjutkan, “Pekan depan (gencatan senjata) dapat tercapai.” 

Sebuah harapan besar di tengah puing-puing dan desingan peluru.

Sejak beberapa pekan terakhir, Gedung Putih memang gencar mendorong solusi damai atas konflik berkepanjangan di Gaza. Konflik yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa, mayoritas warga sipil tak berdosa.

Salah satu upaya paling menonjol adalah proposal gencatan senjata selama 50 hingga 60 hari yang diajukan oleh utusan Timur Tengah Presiden Trump, Steve Witkoff, pada akhir Mei lalu.

Dalam proposal tersebut, Hamas diminta untuk membebaskan 10 sandera yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 18 orang lainnya. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 125 narapidana seumur hidup, 1.111 tahanan Palestina lainnya, serta 180 jenazah tahanan.

Sebuah pertukaran yang sangat berat, namun diharapkan bisa menghentikan sementara pertumpahan darah.

Pemerintah Israel dikabarkan menyetujui kesepakatan ini. Namun, Hamas hanya merespons dengan berbagai catatan dan amandemen, yang kemudian dinilai Witkoff ‘tidak dapat diterima’.

Kebuntuan ini sempat membuat pembicaraan mandek, nyaris putus asa. Namun, Trump tetap berdiri tegak dengan optimismenya, percaya bahwa titik temu bisa ditemukan dalam waktu dekat.

Dari 7 Oktober hingga Sekarang: Lingkaran Setan di Gaza

Agresi Israel di Gaza bermula pada 7 Oktober 2023, setelah Hamas melancarkan serangan kejutan ke wilayah selatan Israel. Serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 sandera, menyulut kemarahan yang membara di Tel Aviv. Israel merespons dengan serangan udara dan darat besar-besaran ke Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 56.000 orang telah tewas hingga saat ini akibat serangan Israel. Angka yang sungguh mengerikan. Beberapa jeda kemanusiaan sempat disepakati sejak awal 2025, namun tak pernah berlangsung lama. Pertempuran selalu kembali berlanjut, seolah tak ada habisnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan habis-habisan oleh keluarga sandera agar segera mencapai kesepakatan. Namun, Netanyahu tetap berpegang teguh pada sikapnya bahwa perang tidak akan berakhir sebelum Hamas dilumpuhkan sepenuhnya. Ia membuka kemungkinan adanya jeda sementara, tetapi hanya untuk kepentingan pembebasan sandera, bukan penghentian permanen operasi militer.

Sebuah posisi yang keras, namun konsisten dengan janji-janjinya kepada rakyat Israel.

Di tengah konflik yang terus memanas, bantuan kemanusiaan menjadi satu-satunya harapan bagi jutaan warga Gaza yang terjebak. Bantuan mulai disalurkan kembali melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah badan yang didukung oleh AS dan Israel.

Distribusi bantuan ini sempat menuai kontroversi tajam karena adanya insiden penembakan di sekitar lokasi pembagian makanan. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, bahkan menyebut lokasi itu sebagai ‘jebakan maut’, meskipun pihak penyelenggara dengan sigap membantah tuduhan tersebut. Trump sendiri, dengan gayanya yang khas, menilai sistem distribusi saat ini ‘berfungsi cukup baik’.

Sementara itu, di sisi lain, sebuah kabar melegakan datang dari Timur Tengah. Gencatan senjata terpisah antara Israel dan Iran, yang diumumkan awal pekan ini, dilaporkan masih berlangsung stabil. Ini mengakhiri lebih dari satu pekan ketegangan yang membuat dunia menahan napas, khawatir akan perang yang lebih besar di kawasan tersebut.

Sebuah sinyal kecil bahwa diplomasi, betapapun sulitnya, masih bisa bekerja. Semoga saja, sinyal positif ini menular ke Gaza.