Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan kritik tajam terhadap mentalitas sebagian atlet lokal yang bertanding hanya demi tampil, tanpa persiapan matang dan tanpa target juara. Sindiran itu disampaikan dalam pidato penutupan UAH International Super Series V 2025 di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Minggu (29/6/2025).
UAH menilai masih banyak atlet yang datang ke turnamen dengan hanya mengandalkan dukungan sponsor, tetapi tak membawa semangat juang untuk meraih prestasi.
“Turnamen ini tidak diadakan untuk mengakomodasi atlet dengan mental kalah. Ada yang datang hanya untuk kalah saja. Usahanya cuma cari sponsor, bertanding, lalu pulang. Itu bukan semangat yang kita bangun di sini,” tegas UAH.
Dalam kesempatan tersebut, UAH menguraikan tiga tipe mentalitas atlet yang ia temui selama gelaran turnamen:
Mental Juara: atlet yang datang dengan persiapan maksimal, menganalisis lawan, dan bertekad kuat untuk menang.
Mental Pembelajar: atlet yang datang untuk menyerap pengalaman, tetap belajar meski kalah, dan membawa pulang pelajaran untuk berkembang.
Mental Tertinggal: atlet yang datang tanpa persiapan, tanpa target, dan cenderung hanya menjadikan turnamen sebagai formalitas belaka.
UAH secara tegas menolak tipe ketiga tersebut.
“Kita ingin atlet minimal ada di level pembelajar, kalau tidak bisa jadi juara. Tapi kalau cuma datang tanpa ambisi dan niat berkembang, itu harus kita koreksi,” ujarnya.
Turnamen UAH International Super Series tahun ini diikuti enam negara dan mencetak berbagai catatan penting, salah satunya adalah diumumkannya Tonburi University Thailand sebagai tuan rumah edisi berikutnya pada 2026. Ini sekaligus menandai dimulainya babak baru turnamen sebagai ajang bergilir internasional.
UAH juga meminta sponsor dan pelatih untuk lebih selektif dalam membina atlet. “Kalau tahu atletnya tidak siap bertanding dan tidak punya mental bersaing, jangan asal kirim nama,” ucapnya.
Lebih lanjut, UAH mengajak semua pihak untuk menanamkan mental juang, disiplin, dan tanggung jawab kepada para atlet muda sejak dini, agar Indonesia benar-benar mampu bersaing di level Asia hingga dunia.
“Karena ke depan, turnamen ini akan bergulir di luar negeri. Jangan sampai kita hanya jadi penggembira di panggung internasional,” pungkasnya.