News

UGM Jelaskan Empat Fase DBD, Kemenkes Beberkan Efektivitas Wolbachia

Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Adi Utarini, memberikan penjelasan terperinci tentang tahapan klinis demam berdarah dengue (DBD). Menurutnya, terdapat empat tahapan klinis: demam dengue sederhana, DBD, sindrom syok, dan syok yang lebih parah lagi. 

“Ada yang bentuknya sederhana demam dengue, karena hanya demamnya saja. Kemudian ada yang DBD, nanti kalau yang lebih berat lagi menjadi shock syndrome, dan terakhir shocknya lebih parah lagi,” kata Prof. Utarini dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2023). 

Ilmuwan yang masuk dalam jajaran 100 orang paling berpengaruh dunia 2021 itu juga menjelaskan bahwa orang yang telah terkena dengue masih bisa terinfeksi lagi karena perbedaan jenis virus. 

“Jadi mungkin ini juga menjelaskan ketika seseorang kena dengue untuk pertama kalinya, ini tidak berarti kemudian tidak dapat terkena lagi, karena masih bisa untuk terkena beberapa kali. Saya juga sudah terkena dua kali,” jelasnya.

Dalam konteks yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan penerapan teknologi Wolbachia dalam pengendalian DBD di Indonesia. Dia menyoroti Yogyakarta, di mana insiden DBD berhasil dikurangi di bawah standar WHO yaitu 10 per 100 ribu populasi. 

“Nah ada yang bisa sampai di bawah 10 dengan sistematis terstruktur itu terjadi di Yogyakarta, dan kenapa kita senang? Karena pendekatannya ilmiah, sistematis dan terstruktur di bawah 10,” ujar Budi.

Lebih lanjut, Menkes memaparkan bahwa Wolbachia adalah bakteri alami yang tidak dapat bertahan hidup di luar sel, sehingga aman dan tidak dapat berpindah dari serangga ke manusia. 

“Wolbachia ini tidak dapat bertahan hidup di luar sel jadi seharusnya aman, tidak dapat berpindah dari serangga ke manusia,” tegas Budi. “Dan sekali lagi ini bakteri yang alami, kenapa bakteri ini menarik? Karena kalau bakteri ini masuk ke vektornya dengue nyamuk Aedes aegypti, virusnya kalah sama bakterinya,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button