Market

Utang RI Tembus Rp7.014 Triliun, Sri Mulyani akan Mengerem Penerbitan SBN

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani menilai rasio utang Indonesia masih masuk taraf aman daripada beberapa negara. Namun Sri Mulyani mengaku akan berhati-hati dan akan mengerem agar utang Indonesia tidak bertambah lagi.

Saat ini posisi utang Indonesia mencapai Rp7.014,58 triliun per Februari 2022. Jumlah utang ini setara dengan 40,17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Rasio utang kita termasuk yang relatif rendah baik diukur dari negara-negara ASEAN, G20 atau bahkan seluruh dunia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Rabu (13/4/2022).

Menurutnya, jumlah utang Indonesia masih cukup aman ketimbang negara-negara lainnya seperti Sir Lanka. Sebab negara tersebut sedang mengalami krisis sehingga mereka gagal membayar utang luar negerinya senilai US$ 51 miliar atau Rp 729,3 triliun (Kurs Rp 14.300).

Untuk itu, Sri Mulyani mengaku akan berhati-hati dalam menjaga utang Pemerintah Indonesia. Pemerintah berusaha untuk mengembalikan defisit anggaran ke bawah 3 persen dari PDB pada 2023. Salah satu caranya dengan mengurangi penarikan utang lewat penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).

“Ini tetap kita jaga secara sangat hati-hati dan prudent karena kita juga melihat tekanan seluruh dunia terhadap negara-negara akan meningkat seperti salah satu negara yaitu Sri Lanka,” katanya.

Mengerem Utang Indonesia dengan Cara Manfaatkan SAL dan SiLPA

Sri Mulyani mengatakan, cara pemerintah menyiasati agar tidak menarik utang dari penerbitan SBN yakni dengan menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun 2021 dari tumpukan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA).

“Kami akan mengurangi issuance (penerbitan) utang dengan penggunaan SAL. Sampai Maret penurunan Rp100 triliun,” kata Sri Mulyani.

Dia menilai saat ini penerimaan negara ikut berkontribusi dalam menghemat penarikan utang lewat SBN. Sebab dalam dua bulan pertama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mampu membukukan surplus. Hal ini karena ada peningkatan pendapatan negara yang signifikan akibat lonjakan harga komoditas.

Sri Mulyani menyebut akan menjaga porsi penarikan utang sepanjang 2022 mengingat adanya tekanan global baik akibat perang Rusia-Ukraina maupun normalisasi kebijakan The Fed. Pengurangan penerbitan SBN bisa menghindarkan pemerintah selaku penerbit (issuer) dari risiko pasar.

“Kita melihat risiko global akibat normalisasi kebijakan moneter dan juga terjadi perang di Ukraina yang semua akan berpotensi menekan SBN dari yield dan demand-nya. Oleh karena itu, kita akan kurangi issuance,” katanya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button