Varian COVID baru yang beredar di ‘pasaran’ sudah menyebabkan lonjakan kasus sehingga memunculkan kepanikan. Varian baru ini sudah menyebar di Asia, dan gejala khasnya adalah sakit tenggorokan parah yang terasa seperti ‘diiris silet’.
Varian COVID-19 baru, yang diberi nama NB.1.8.1 dan secara informal dikenal sebagai ‘Nimbus’, telah menyebabkan peningkatan kasus signifikan di seluruh Asia dan mendorong pemantauan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Varian ini ditandai dengan gejala sakit tenggorokan yang sangat parah yang digambarkan seperti ‘diiris silet’, bersamaan dengan gejala flu biasa seperti hidung tersumbat, kelelahan, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Gejala yang kurang umum termasuk diare dan mual.
Varian ini sudah mencakup lebih dari 10% kasus di Asia, dan telah terdeteksi di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Sebuah studi pracetak menunjukkan bahwa Nimbus memiliki penghindaran imun yang tinggi, menunjukkan potensi penularan yang meluas. Meskipun demikian, WHO menyatakan bahwa risiko global saat ini rendah dan vaksin yang ada tetap efektif dalam mencegah keparahan.
Varian baru ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, kehilangan indera perasa atau penciuman baru, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, mual atau muntah, dan diare. Gejala-gejala ini dapat bervariasi tergantung pada status vaksinasi dan mungkin berbeda dari varian sebelumnya.
Apa saja Gejalanya?
Pasien yang terinfeksi varian Nimbus melaporkan sakit tenggorokan parah, yang sering digambarkan seperti menelan pecahan kaca, demikian laporan yang mengutip dokter. Rasa sakit ini bisa sangat parah hingga mengganggu bicara, makan, atau menjaga tubuh tetap terhidrasi. Meskipun sakit tenggorokan selalu bervariasi intensitasnya di antara pasien COVID-19, varian Nimbus telah membuat gejala ini menjadi yang paling parah.
Bagi mereka yang mengalami sakit tenggorokan yang terkait dengan varian Nimbus, beberapa pengobatan dapat memberikan kelegaan:
- Obat-obatan yang dijual bebas: Pereda nyeri seperti parasetamol (asetaminofen) atau ibuprofen dapat membantu meredakan sakit tenggorokan dan mengurangi peradangan.
- Berkumur air garam hangat: Berkumur dengan air garam hangat dapat menenangkan tenggorokan dan dapat membantu mengurangi jumlah virus.
- Permen pelega tenggorokan dan semprotan tenggorokan: Produk yang mengandung mentol atau benzocaine dapat membuat tenggorokan mati rasa dan memberikan kelegaan sementara.
- Hidrasi: minum cairan hangat seperti teh herbal atau kaldu dapat menjaga tenggorokan tetap lembap dan mengurangi ketidaknyamanan.
- Pelembap udara: Menggunakan pelembap udara dapat menambah kelembapan ke udara, mencegah tenggorokan menjadi kering dan teriritasi.
Namun, selain pengobatan yang mudah ini, penting untuk memantau gejala dan berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika sakit tenggorokan berlanjut atau memburuk.
Kapan harus Mencari Perhatian Medis?
Meskipun varian Nimbus menghadirkan tantangan baru dengan gejala sakit tenggorokan, memahami kondisi tersebut dan mengambil tindakan yang tepat dapat membantu mengelola dan meringankan ketidaknyamanan. Meskipun sebagian besar kasus varian Nimbus mengakibatkan penyakit ringan, tanda-tanda tertentu menunjukkan perlunya evaluasi medis:
- Gejala terus-menerus atau memburuk: Jika sakit tenggorokan atau gejala lainnya tidak membaik atau memburuk seiring waktu.
- Kesulitan bernapas: Mengalami sesak napas atau sesak dada.
- Demam tinggi: Demam yang tetap di atas 100°F (37,8°C) selama beberapa hari.
- Dehidrasi: Ketidakmampuan untuk minum cairan karena sakit tenggorokan, yang menyebabkan tanda-tanda dehidrasi.
Individu dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, orang tua, atau mereka yang sedang hamil harus segera mencari nasihat medis jika gejala muncul.
Tindakan Pencegahan
Mencegah infeksi dengan varian Nimbus melibatkan tindakan pencegahan COVID-19 standar:
- Mengenakan masker: Kenakan masker di tempat yang ramai atau tertutup untuk meminimalkan paparan.
- Kebersihan tangan: Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik.
- Jarak sosial: Jaga jarak fisik dari individu yang menunjukkan gejala penyakit.
- Vaksinasi: Tetap ikuti vaksinasi COVID-19 untuk mengurangi risiko penyakit parah.