News

WHO: Hampir Semua Manusia di Dunia Hirup Udara Tak Berkualitas

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut bahwa hampir semua orang di dunia menghirup udara yang tidak memenuhi standar kualitas udara.

WHO pun mengajak seluruh masyarakat di dunia untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, yang menghasilkan polutan dan menyebabkan masalah seperti pernapasan dan aliran darah.

Sekitar enam bulan lalu, setelah memperketat pedomannya tentang kualitas udara, WHO kembali mengeluarkan pembaruan database mereka tentang kualitas udara.

WHO mengatakan bahwa saat ini, 99 persen dari populasi global telah menghirup udara yang melebihi batas kualitas udaranya.

Selain itu, udara tersebut penuh dengan partikel yang bisa menembus jauh ke dalam paru-paru, memasuki pembuluh darah, dan menyebabkan beragam penyakit.

Menurut laporan WHO, kualitas udara paling buruk saat ini berada di wilayah Mediterania timur dan Asia Tenggara, diikuti oleh Afrika.

“Setelah selamat dari pandemi COVID-19, tidak dapat diterima jika masih ada 7 juta kematian yang dapat dicegah karena polusi udara,” kata Maria Neira, kepala departemen lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan WHO, seperti dilansir ABC News, Selasa (5/4/2022).

Namun, lanjut dia, masih terlalu banyak investasi yang tenggelam ke dalam lingkungan yang tercemar daripada di udara yang sehat.

Basis data, yang secara tradisional mempertimbangkan dua jenis partikel yang dikenal sebagai PM2.5 dan PM10, untuk pertama kalinya memasukkan pengukuran nitrogen dioksida di tanah. Versi terakhir dari database dikeluarkan pada tahun 2018.

Nitrogen dioksida terutama berasal dari pembakaran bahan bakar yang dihasilkan manusia, seperti melalui lalu lintas mobil, dan paling umum di daerah perkotaan.

Menurut WHO, paparan tersebut dapat membawa penyakit pernapasan seperti asma dan gejala seperti batuk, mengi, dan kesulitan bernapas, dan lebih banyak rawat inap dan ruang gawat darurat. Konsentrasi tertinggi ditemukan di wilayah Mediterania timur.

“Temuan ini menyoroti skala perubahan yang diperlukan untuk memerangi polusi udara,” kata Anumita Roychowdhury, pakar polusi udara di Center for Science and Environment, sebuah organisasi penelitian di New Delhi, India.

Menurut dia, India dan dunia harus bersiap untuk perubahan besar untuk mencoba mengekang polusi udara, termasuk menggunakan kendaraan listrik, beralih dari bahan bakar fosil, merangkul peningkatan besar-besaran energi hijau, dan memisahkan jenis limbah.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ikhsan Suryakusumah

Emancipate yourselves from mental slavery, none but ourselves can free our minds...
Back to top button