Hangout

6 Bandara Tertua di Indonesia, Bukan Soekarno-Hatta!

Bandara Soekarno-Hatta ternyata bukan lapangan terbang tertua di Indonesia. Jauh sebelum ada bandara ini, Indonesia sudah memiliki beberapa lapangan udara sejak era kolonial Belanda.

Sampai saat ini bandara pertama dan tertua di Indonesia masih ada keberadaannya. Namun beberapa di antaranya sudah beralih fungsi dan ada juga yang sudah tidak beroperasi lagi.

Mungkin anda suka

Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah 6 bandara tertua di Indonesia yang pembangunannya berlangsung pada era pemerintah kolonial Belanda.

1. Lapangan Terbang Kalidjati, Subang

Lapangan Terbang Kalidjati, Bandara Tertua Di Indonesia - inilah.com
Foto: Traces of War

Pangkalan TNI AU Suryadarma atau nama sebelumnya Pangkalan TNI AU Kalijati adalah pangkalan udara militer pertama di Indonesia.

Pangkalan ini dibangun pada 30 Mei 1914 bersamaan terbentuknya PVA (Proef Vlief Afdeling) bagian penerbangan percobaan dari pasukan Hindia Belanda KNIL.

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang yang mendarat di Pantai Eretan Wetan mengambil alih Pangkalan Udara Kalijati dan mengusir tentara Hindia Belanda menuju Bandung.

Setelah terdesak, Belanda mengajukan perundingan kepada tentara Jepang di Lapangan Terbang Kalidjati. Hasil dari perundingan ini, Belanda memutuskan untuk menyerahkan kekuasannya di bumi Nusantara kepada Jepang tanpa syarat.

Pada 27 Desember 1949, Lapangan Terbang Kalidjati pertama kali digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Bandara ini kemudian beralih fungsi menjadi Pangkalan TNI AU karena lokasinya sangat mendukung berbagai kegiatan latihan berbagai jenis pesawat dan helikopter.

Di tahun 2001, nama Pangkalan TNI AU Kalijati diganti menjadi Pangkalan TNI AU Suryadarma. Tujuannya, untuk mengenang semangat juang Suryadarma sebagai Bapak AURI di dalam sanubari setiap prajurit TNI AU.

2. Lapangan Terbang Andir, Bandung

Lapangan Terbang Andir - inilah.com
Foto: Bandung Bergerak

Bandara internasional Husein Sastranegara di Bandung ternyata sudah ada sejak zaman Pemerintah Hindia Belanda. Awalnya nama bandara ini diberi nama Lapangan Terbang Andir atau Luchtvaart Afdeling/Vliegveld Andir.

Bandara ini pertama kali di bangun pada tahun 1918 oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun sarana militer di wilayah Cipagalo, Kelurahan Sukamiskin. Namun karena kontur tanahnya tidak baik, lokasi bandara ini dipindah di wilayah Andir.

Di tahun 1928, Lapangan Terbang Andir mulai melayani penerbangan sipil dengan rute Bandung-Batavia. Selain untuk penerbangan sipil, landasan ini juga menjadi pusat perawatan mesin pesawat berjenis Avro, Glenn Martin, dan Jeger dan koelhoven.

Pada Perang Dunia II, lapangan terbang ini di ambil alih oleh Jepang untuk kebutuhan militer. Namun setelah Indonesia merdeka, bandara ini vakum hingga tahun 1949.

Setelah mendapat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Belanda, pemerintah Indonesia melakukan serah-terima Pangkalan Udara Andir secara berangsur. 

Momen serah terima yang pertama terjadi pada 20 Januari 1950 untuk Pangkalan Udara Andir sebelah Utara. Sedangkan, Pangkalan Udara Andir sebelah selatan baru diserahterimakan pada 12 Juni 1950.

Dari 1969-1973, TNI AU mengalihfungsikan bandara ini sebagai pangkalan militer. Setelah 1973, fungsi bandara ini kembali menjadi bandara penerbangan komersial.

Pada 1974, bandara ini mulai melayani kegiatan lalu lintas dan angkutan udara komersial bersamaan dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 

Di waktu yang sama, nama bandara ini juga diganti menjadi Stasiun Udara Husein Sastranegara Bandung.

3. Lapangan Terbang Tjililitan, Batavia (Jakarta)

Lapangan Terbang Tjililitan - inilah.com
Foto: Indonesia Defense

Lapangan Terbang Tjililitan pertama kali di bangun pada tahun 1924 yang digunakan sebagai Pangkalan Udara Cililitan.

Satu tahun kemudian, nama pangkalan ini mulai dikenal dunia pasca pesawat milik belanda, KLM, membuat rekor penerbangan lintas benua dengan Fokker F.VII dengan total jarak tempuh 14.500 km dalam waktu 10 hari.

Sebagai pangkalan udara, bandara ini memiliki sejumlah fasilitas untuk kepentingan militer, mulai dari hanggar, kantor, gudang, perumahan, sampai rumah sakit.

Pada 17 Agustus 1952, Pangkalan Udara Cililitan berubah nama menjadi Bandara Halim Perdanakusuma untuk mengenang sosok penerbang legendaris, Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugas.

Saat ini bandara ini kembali beroperasi secara komersial untuk mengalihkan penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

4. Bandar Udara Darmo, Surabaya

Bandar Udara Darmo - inilah.com
Foto: Pos Kupang

Bandar Udara Darmo pertama kali di bangun di tahun 1929 pada masa Hindia Belanda di kawasan Goenoengsarieweg (sekarang Jalan Gunung Sari) dan diberi nama Vliegveld Darmo dalam Bahasa Belanda.

Lapangan udara ini menjadi fasilitas penerbangan pertama bersama pangkalan udara Morokrembangan yang dikelola pihak angkatan laut di kawasan Tanjung Perak. Bandar udara ini juga menjadi salah satu fasilitas penting dalam sistem pertahanan di Pulau Jawa bagian Timur.

Seiring berjalannya waktu, fungsi lapangan terbang ini mulai melayani penerbangan komersial. Di tahun 1928, bandara ini mulai membuka rute penerbangan dari Batavia menuju Surabaya. Namun, kegiatan penerbangan komersialnya baru mulai diterapkan secara penuh di tahun 1929.

Di tahun 1940-an, kegiatan penerbangan komersial Bandar Udara Darmo mulai dipindahkan secara berkala ke Lapangan Tanjoeng Perak di daerah Morokrembangan.

Selama beroperasi, Bandar Udara Darmo sering digunakan sebagai tempat perayaan ataupun acara seremonial militer dan sipil.

Salah satu acara seremonial yang pernah dilakukan saat acara bernama “The MacRobertson Trophy Air Race” di tahun 1934. Bahkan, penerbang wanita legendaris asal Amerika Serikat, Amelia Earheart pernah singgah di lapangan terbang ini sebelum kembali melanjutkan misi perjalanan keliling dunia.

5. Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta

Lapangan Terbang Kemayoran - inilah.com
Foto: PPK Kemayoran

Bandar Udara Kemayoran adalah bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan komersial internasional secara berjadwal.

Bandara ini di bangun pada tahun 1934 dan resmi beroperasi pada tanggal 8 Juli 1940. Sebelum tanggal resminya, bandara ini sudah mulai beroperasi di tanggal 6 Juli 1940 untuk menerima kedatangan pesawat pertama berjenis DC-3 Dakota milik Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM).

Dari awal sampai akhir masa operasi, pesawat DC-3 Dakota ini terus beroperasi di bandar udara ini.

Pada 31 Maret 1985, bandara ini secara resmi dihentikan operasionalnya. Kegiatan penerbangan komersial mulai dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Setelah tidak beroperasi, Bandara Kemayoran berubah menjadi kompleks Pekan Raya Jakarta dan Kotabaru Kemayoran. Gedung terminal dan ruang tunggu penumpang masih berdiri meski sudah tidak terurus.

6. Bandar Udara Polonia, Medan

Bandara Polonia, Bandara Tertua Di Indonesia - inilah.com
Foto: VOI

Bandara tertua di Indonesia yang terakhir adalah Bandar Udara Polonia yang dibangun di era pemerintah Kolonial Hindia Belanda di tahun 1872.

Asal muasalnya berdiri Bandara ini saat pengusaha partikelir asal Polandia, Baron Michalsky mendapatkan konsesi tanah untuk kebun tembakau di Sumatera Timur (Sekarang Sumatera Utara).

Baron memberi nama tanah konsesi itu dengan nama Polonia yang menyerupai nama kampung halamannya, Polandia. Di tahun 1879, tanah konsesinya berpindah tangah dan menjadi perkebunan milik Deli Mattchappih (Deli Mij).

Sebagai pemilik baru, Deli Mij menyisakan sedikit lahannya untuk dijadikan landasan pacu pesawat terbang. Ide itu dia dapatkan setelah mendengar kabar pionir penerbang berkebangsaan Belanda, Van Der Hoop, akan menerbangkan pesawat jenis Fokker dari Eropa ke wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Namun, berita tentang penerbangan Van Der Hoop tidak terdengar lagi sampai tahun 1879.

Saat itu, landasan pacu Polonia hanya memiliki panjang 2,9 kilometer. Asisten Residen Sumatera Hindia Belanda mendesak percepatan pembangunan Bandara Polonia untuk melayani penerbangan internasional.

Di tahun 1928, lapangan udara Polonia resmi dibuka untuk enam unit pesawat milik Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), anak perusahaan dari Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM).

Tujuh tahun setelahnya atau tepatnya di tahun 1930, perusahaan pesawat dari Belanda itu membuka penerbangan ke Medan secara berkala.

Di tahun 1936, landasan ini melakukan perbaikan untuk pertama kalinya. Adapun fasilitas yang diperbarui adalah landasan pacu diperpanjang supaya pesawat jenis Airbus dan Boeing bisa mendarat di sana.

Di tahun 1975, landasan ini mulai dibuka untuk penerbangan komersial dan bekerja sama dengan Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Keuangan, dan Departemen Perhubungan.

Di tahun 1981, bandara ini kembali dipugar dengan membangun gedung terminal keberangkatan domestik seluas 7.526 meter persegi. Di tahun 1985-1994, bandara ini mulai dikelola Perum Angkasa Pura I. Mulai tahun 1994 dan seterusnya, bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura II.

Pada tahun 2005, terjadi kecelakaan pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines. Kecelakaan ini mengakibatkan 101 penumpang tewas, termasuk Tengku Rizal Nurdin dan Mantan Gubernur Raja Inal Siregar.

Tak lama setelah itu, Bandara Polonia ditutup untuk penerbangan komersial dan beralih menjadi pangkalan udara TNI AU. Sedangkan bandara komersialnya dipindahkan ke Bandara Kuala Namu International Airport (KNIA).

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button