Arena

Atlet Panjat Tebing Ini Sempat Dikira Robot, karena Terlalu Sering Menang

Baru-baru ini, atlet Indonesia berhasil menyabet sejumlah medali dalam ajang panjat tebing paling bergensi, yaitu IFSC World Cup 2023, yang digelar di lot 6 Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada 6-7 Mei.

Raharjati Nursamsa meraih medali emas pada kategori speed putra dengan waktu 5.11 detik. Sementara itu, Made Desak Rita Kusuma Dewi berhasil meraih medali perak pada kategori speed putri dengan waktu 6.54 detik, dan Katibin Kiromal berhasil meraih medali perunggu pada kategori speed putra dengan waktu 6.34 detik.

Walau konsisten meraih prestasi, patut diakui bahwa panjat tebing bukanlah cabang olahraga yang populer di Indonesia, tak terkecuali di dunia. Namun secara umum, olahraga ini memiliki banyak hal menarik.

Salah satunya adalah kisah tentang seorang atlet yang dianggap sebagai “robot” karena sangat sering menempati peringkat pertama di setiap kompetisi yang ia ikuti.

Atlet tersebut berasal dari Slovenia, masih berusia 24 tahun, dan memiliki tinggi 164 cm. Dalam panjat tebing, tingginya terbilang cukup ideal.

Di usianya yang masih sangat muda tersebut, ia telah meraih segudang prestasi dari beragam ajang internasional. Prestasi yang diraihnya tidak hanya dari satu disiplin panjat tebing, melainkan dari boulder, speed, begitu juga lead.

Atlet panjat tebing yang kerap dikira “robot” ini bernama Janja Garnbret.

Kisah, Gelar, dan Profil Janja Garnbret

Janja Garnbret lahir pada Maret 1999 di Slovenj Gradec, Slovenia. Sejak kecil, Janja telah tertarik dengan olahraga panjat tebing. Ia mengikuti kompetisi nasional pertamanya saat berusia delapan tahun.

Meskipun ia seringkali menduduki peringkat terakhir di kompetisi yang ia ikuti saat kecil, ia tak pernah merasa terganggu karena cintanya pada olahraga ini begitu besar.

profil janja garnbret
Foto: Adidas News

Semakin bertambah usianya, ia semakin pandai dalam memanjat dan membuat namanya semakin dikenal.

Prestasi pertamanya dalam karier panjat tebing adalah saat ia memenangkan Kejuaraan Eropa Pemuda di bidang bouldering pada tahun 2013 saat usianya 14 tahun. Sejak itu, ia mendominasi kompetisi yang ia ikuti sebagai atlet senior.

Sejak tahun 2016, ia telah memenangkan enam medali emas kejuaraan dunia, setidaknya satu di masing-masing dari tiga disiplin utama yaitu lead, bouldering, dan kombinasi. Pada tahun 2019, ia memenangkan ketiga disiplin tersebut.

Tahun yang sama, Garnbret membuat sejarah sebagai atlet pertama yang memenangkan semua acara Piala Dunia bouldering dalam satu musim, dengan mengatasi 74 dari 78 masalah (problem/rute) bouldering secara keseluruhan.

Di 2017, ia juga meraih medali perak di World Games, serta dua medali perak dan satu emas di kejuaraan Eropa untuk lead, bouldering, dan kombinasi.

Prestasi yang luar biasa di dunia panjat tebing membuat Garnbret mendapatkan gelar “Atlet Wanita Terbaik Slovenia” pada tahun 2018. Di tahun yang sama, ia juga dinobatkan sebagai Athlete of the Month oleh Asosiasi World Games, meskipun usianya baru 19 tahun saat itu.

Foto: gearjunkie.com

Hingga kini, secara total Janja telah memenangkan kejuaraan Eropa sebanyak 3 kali, kejuaraan dunia sebanyak 6 kali, World Cups sebanyak 37 kali, overall World Cups sampai 10 kali, dan juga berhasil meraih 1 emas Olimpiade pada 2021 di Tokyo.

Berkat kegigihan dan segudang prestasinya, tak heran banyak yang cemburu sekaligus kagum terhadap Janja, bahkan hingga membuatnya mendapat julukan yang cukup unik.

Olimpiade sebagai ajang olahraga terbesar di dunia melalui laman resminya bahkan menyebut seorang Janja Garnbret sebagai atlet panjat tebing paling sukses sepanjang sejarah.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button