Market

Buya Anwar Pertanyakan Nasib Hotel Sultan, Pindah Tangan atau Dirobohkan?

Pasca diambil-alihnya Hotel Sultan (dulu, Hotel Hilton) dari tangan PT Indobuildco milik Pontjo Sutowo, muncul pertanyaan. Mau diapakan aset itu jika niat Indobuildco memperpanjang hak guna bangunan (HGB)-nya, ditolak?

Pertanyaan itu disampaikan Ketua bidang Ekonomi Pengurus Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (13/11/2023).

“Yang menjadi pertanyaan, oleh Setneg, tanah dan bangunan itu mau diapakan? Mau dirubuhkan atau dijadikan kawasan hijau untuk memperbesar paru-paru kota Jakarta? Atau akan diberikan kepada pihak lain, asing misalnya,” kata Buya Anwar.

Kalau diserahkan kepada swasta apalagi asing, Buya Anwar mendesak pemerintah untuk bersikap transparan. Sebutkan pihak yang akan mengelola Hotel Sultan.

“Sebagai rakyat dan sebagai warga negara kita tentu punya hak bertanya karena apapun keputusan negara tentang tanah dan bangunan  tersebut pasti punya dampak mungkin baik tapi juga bisa  tidak baik,” kata dia.

Dia mengatakan, pendekatan yang digunakan pemerintah dalam penyelesaian sengketa wilayah Gelora Bung Karno, jangan hanya hukum semata. Namun juga mengedepankan pendekatan lain  agar stabilitas soial, ekonomi dan politik di dalam negeri dapat tetap terpelihara.

“Bagi saya yang benar-benar menjadi keprihatinan adalah adanya  kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara penduduk asli dengan yang bukan penduduk asli,” kata Buya Anwar.

Atau dalam bahasa lain, kata Wakil Ketum MUI ini, perbandingan antara pengusaha pribumi dan nonpribumi, saat ini, sangat timpang. Di mana, 10 orang terkaya di Indonesia, hanya satu yang warga  negara asli. “Sementara yang sembilan orang adalah penduduk non asli atau nonpribumi,” kata Buya Anwar.

Selanjutnya, Buya Anwar yang tertarik dengan sosio ekonomi ini, menyebut, tingkat ketimpangan ekonomi di Indonesia, cukup memprihatinkan. Misalnya, 3 persen penduduk Indonesia yang nonprobumi, cukup menguasai perekonomian nasional, termasuk luas daratan di Indonesia.

Llihat saja sepanjang Sudirman dan Thamrin yang merupakan pusat bisnis Jakarta, pemilik gedung pencakar langit adalah nonpribumi. Kalau enggak asing ya aseng,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button