News

Elektabilitas PDIP Kini di Bawah Gerindra Imbas Sering Blunder


Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap temuan terbarunya. Untuk pertama kali, elektabilitas Partai Gerindra mampu mengungguli PDIP. Demikian diungkap oleh  Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas di kawasan Jakarta Timur, Selasa (19/12/2023).

Dalam catatannya, elektabilitas Gerindra mencapai 19,5 persen. Sementara PDIP mendapatkan angka 19,3 persen. Hanggoro mengatakan ada beberapa blunder yang dilakukan partai banteng moncong putih yang menyebabkan elektabilitasnya tergerus.

Menurutnya, kekokohan elektabilitas PDIP selama ini dikarenakan faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun kondisi berbalik karena  kubu PDIP melakukan serangan kepada ke Presiden Joko Widodo khususnya polemik putusan MK yang memberikan karpet merah kepada Gibran menjadi Cawapres. Hal ini sangat berpengaruh karena banyak pihak puas dengan kinerja Presiden ke-7 itu.

“Terutama pasca putusan MK. ini melakukan serangan-serangan secara masif.  Sistematis bahkan, bukannya satu dua punya, ada banyak pihak yang menyerang. Yang iya adalah tokoh-tokoh, juga capres juga yang diasosiasikan ke PDIP. Dan ini cukup mengganggu pemilih yang beririsan,” jelas Hanggoro.

Blunder lainnya, tutur dia, terkait penolakan Ganjar pelaksanaan Piala Dunia U-20 karena Israel diizinkan ikut  bertanding. Termasuk istilah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menjadikan presiden sebagai petugas partai.

Sementara itu lima partai lainnya yang masuk lima rangking teratas, posisi ketiga diraih oleh Partai Golkar dengan angka 11,6 persen, PKB dengan 7,7 persen, NasDem 5,8 persen dan PKS 7,3 persen. Hanya ada enam parpol yang melenggang ke Senayan pada 2024 versi survei LSI Denny JA.

Sebanyak 12 parpol diprediksi tidak lolos ke parlemen pada Pemilu 2024 karena tak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold berada di angka 4 persen. Mereka yakni Demokrat dengan elektabilitas 3,6 persen, PAN 3,3 persen, dan PPP 2,9 persen.

Kemudian PSI 1,5 persen, Perindo dan Hanura 1 persen, Gelora 0,3 persen; PKN dan Partai Buruh 0,2 persen, Partai Ummat 0,1 persen, dan PBB dan Garuda yang 0 persen.

Meski demikian, angka responden yang tidak menjawab atau tidak mengetahui cukup tinggi. “Data ini masih menyisakan yang belum memutuskan, tidak tahu, tidak jawab, atau rahasia di bagian angka 14,7 persen,” ucap Hanggoro.

Sebagai informasi, survei ini menggunakan metodologi multi-stage random sampling pada 1.200 responden. Adapun survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Kemudian, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner pada 20 November-3 Desember 2023.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button