Ototekno

Fenomena Solstis Desember pada Jumat Besok dan Potensi Bencana yang Menyertainya


Solstis, fenomena yang menandai pergantian musim, akan terjadi pada Jumat, (22/12/2023), menandai awal musim dingin di belahan Bumi utara. Pada momen yang sama, Jupiter akan bersinar terang di dekat Bulan yang nyaris purnama, menciptakan pemandangan langit malam yang menawan.

Menurut ORPA BRIN, solstis terjadi ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara atau Garis Balik Selatan, garis imajiner yang terletak pada lintang 23,44 derajat Utara dan Selatan. Ini bertepatan dengan kemiringan sumbu Bumi, yang berakibat pada perubahan musim secara global. Solstis ini terjadi dua kali setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember.

Efek Solstis pada Bumi

Pada solstis Desember, poros utara Bumi miring menjauhi Matahari, mengakibatkan hari terpendek dan malam terpanjang di belahan utara. Sebaliknya, di belahan selatan, seperti di Australia dan Afrika bagian selatan, terjadi hari terpanjang dan malam terpendek. Di daerah kutub, fenomena ini lebih ekstrem, dengan Matahari yang tidak terbenam di Kutub Selatan dan tidak terbit di Kutub Utara.

Waktu Tepat Solstis

ORPA BRIN mencatat bahwa solstis akan berlangsung pada Jumat, 22 Desember, pukul 04.48 WIB, 05.48 WITA, atau 06.48 WIT.

Duet Astronomi: Jupiter dan Bulan

Dari belahan Bumi utara, Matahari akan berada pada posisi terendah di langit, membuat Bulan tampak tinggi dan menciptakan kesempatan pengamatan langit yang menarik. Jupiter, planet terbesar di Tata Surya, akan tampak paling terang di langit malam, berduet dengan Bulan di sebelah kanannya. 

Fenomena ini dapat diamati dengan menggunakan teropong atau teleskop kecil. Kesempatan kedua untuk melihat Jupiter dan Bulan berdampingan akan terjadi keesokan harinya, saat Bulan berpindah ke sebelah kiri Jupiter.

Dampak di Indonesia

Karena berada di antara garis 23,4 derajat LU dan 23,4 derajat LS, wilayah Indonesia disebut tropis. Dampak gerak semu Matahari antara kedua garis itu atau antara kedua solstis juga akan dialami Indonesia meski tidak seekstrem di daerah lintang tinggi.

Saat solstis Desember, ketika Matahari ada di belahan Bumi selatan, wilayah Indonesia yang ada di selatan Khatulistiwa juga akan mengalami siang terpanjang dan malam terpendek. Fenomena ini mudah dikenali dari waktu Subuh yang makin dini hari dan Maghrib yang kian malam. Sementara wilayah Indonesia di utara garis Khatulistiwa akan mengalami kondisi sebaliknya.

Potensi Bencana

Dalam astrologi (bukan astronomi), perubahan posisi benda-benda langit, termasuk saat terjadi solstis, dipercayai memiliki pengaruh dengan bencana dan kehidupan yang ada di Bumi. Pandangan ini menjadi sumber dari sebagian ramalan terjadinya bencana.

Namun, secara astronomi, keyakinan itu sulit dibuktikan secara ilmiah. ”Sekalipun pada hari terjadinya solstis Desember terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami atau banjir rob, peristiwa itu sama sekali tidak berkaitan dengan fenomena solstis,” tulis peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Solstis adalah murni fenomena astronomi yang memengaruhi iklim dan musim di Bumi. Adapun gempa dan gunung berapi adalah fenomena yang ditimbulkan oleh aktivitas seismik dan vulkanik di Bumi. Kalaupun terjadi banjir bandang, itu juga fenomena yang terjadi di lingkungan Bumi yang potensinya meningkat akibat rusaknya alam, tidak secara langsung diakibatkan oleh solstis.

Beberapa kajian ilmiah memang berusaha membuktikan kaitan antara fenomena langit dan kejadian di Bumi. Namun, umumnya, hasilnya tidak kuat atau kurang dukungan data ilmiah sehingga meragukan.

Hujan Meteor Ursid

Bersamaan dengan solstis, hujan meteor Ursid akan mencapai puncaknya pada Sabtu, 23 Desember. BRIN memperkirakan frekuensinya bisa mencapai tiga meteor per jam. Namun, cahaya Bulan yang hampir purnama dapat mengurangi visibilitas hujan meteor ini.

Purnama Mendekat

Jumat, 22 Desember, juga menjadi hari menjelang purnama, yang terjadi antara Perbani Awal pada 20 Desember dan Bulan Purnama pada 27 Desember.

Fenomena solstis dan duet antara Jupiter dan Bulan ini menawarkan kesempatan langka untuk para pengamat langit dan penikmat astronomi untuk menyaksikan keindahan alam semesta di malam hari.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button