News

Imam Shamsi Ali Sebut Permintaan Maaf Pendeta Gilbert Setengah Hati, Tunjukkan Sifat Pongah


Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali menyoroti permintaan maaf Pendeta Gilbert Lumoindong atas pernyataannya yang dinilai telah mengolok-olok ajaran Islam, khususnya zakat, salat dan wudhu. Menurutnya, Gilbert tidak tulus dalam menyampaikan permintaan maaf.

Ia menilai, permintaan maaf yang disampaikan Gilbert ketika berkunjung ke kediaman Wapres RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) tidak sepenuh hati. Alasannya, Gilbert menitikberatkan dirinya salah telah membuat kegaduhan, tidak mengakui telah melakukan penghinaan agama.

“Permintaan maaf yang dilakukan oleh pendeta itu pun sesungguhnya setengah hati. Karena dia tidak meminta maaf atas kesalahannya mengolok-olok agama orang lain. Justru dia meminta maaf lebih karena pernyataannya dianggap telah menimbulkan kegaduhan. Bukan karena kesalahannya mengolok-olok agama Islam,” tuturnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Lebih lanjut Imam Shamsi mengatakan, permintaan maaf Gilbert merupakan perilaku paradoks yang nyata. Ia pun mengutip isi khutbah Gilbert soal umat Kristiani tidak perlu lagi bersuci (wudhu) sebelum ibadah karena telah disucikan oleh darah Yesus.

Konsep ini, tutur dia, tentu merujuk pada pengampunan asal atas apa yang mereka yakini sebagai “dosa asal” (original sin) manusia. Di mana semua manusia terlahir dalam keadaan kotor dan karenanya anak tuhan satu-satunya (the only begotten son of god) harus disalib untuk menebus dosa manusia. Gilbert di matanya, tidak mendemonstrasikan konsep ini secara baik.

“Di satu sisi mengaku yakin jika darah Yesus telah menjamin kebersihannya, tidak lagi berdosa/bersalah dan karenanya telah mendapatkan “keselamatan” (Salvation). Tapi di sisi lain meminta maaf karena merasa bersalah. Atau memang tetap merasa benar (bersih/suci)?” ucapnya.

Ia menyatakan, Gilbert seharusnya tidak perlu meminta maaf. Imam Shamsi menilai permintaan maaf yang setengah hati itu justru menunjukkan sifat pongah yang tidak mau terus terang mengakui kesalahan. “Permintaan maaf yang ditampilkan itu boleh hanya keputar-putaran atau kemunafikan.  Sekaligus penampakan perilaku agama yang paradoksikal secara nyata,” tuturnya.

Sibuk Bersafari Usai Viral

Diketahui, beredar video yang viral di media sosial menampilkan Pendeta Gilbert yang sedang berkhutbah di hadapan jemaatnya. Dalam video Gilbert membandingkan pembayaran zakat, yakni umat Islam membayar 2,5 persen, tetapi tata cara beribadahnya susah. Sementara umat kristiani, yang membayar zakat sebesar 10 persen, justru beribadah dengan santai.

Gilbert pun menirukan beberapa gerakan salat, seperti mengangkat tangan hingga sejajar dengan telinga, kemudian menyedekapkan tangan di perut, dan gerakan ruku’. Hal ini, juga menimbulkan gelak tawa dari para pengikutnya.

Usai viral, Gilbert pun sibuk bersafari ke sejumlah pihak untuk memberikan klarifikasi dan meminta maaf. Pada Senin (15/4/2024) ia menyambangi kediaman JK, meminta maaf atas ucapannya yang menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

“Untuk itu sekali lagi saya meminta maaf atas segala kegaduhan. Beberapa catatan yang perlu saya garis bawahi yang pertama pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-olok apalagi menghina, sama sekali tidak,” kata Gilbert di kediaman JK, Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Senin (15/4/2024).

Setelahnya, Gilbert pun menyambangi markas Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa (16/4/2024). Dalam pertemuan yang penuh dengan suasana keharmonisan tersebut, Gilbert kembali menegaskan bahwa tidak ada niatan untuk menghina atau menciptakan perpecahan antarumat beragama.

“Dengan segala kerendahan hati, saya memohon maaf untuk segala yang terjadi dan jika ada salah ucap, salah pengertian, salah diksi dalam pembicaraan saya,” ujar Gilbert dalam sebuah video yang diunggah di YouTube MUI TV, Selasa (16/4/2024).

Pendeta Gilbert juga mengajak semua pihak untuk melupakan masa lalu dan bergerak maju ke arah yang lebih baik. “Biarlah ke depannya kita tutup buku kelam kita dan kita maju lagi pada hal-hal yang lebih baik. Saya berjanji untuk tidak mendatangkan hal-hal yang menimbulkan polemik di kemudian hari,” tambahnya.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pimpinan MUI, termasuk Ketua MUI Yusnar Yusuf, Cholil Nafis, Jeje Zaenudin, serta Sekjen MUI Amirsyah Tambunan dan Bendahara MUI Erni Juliana. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button