Market

Imbas Konflik Iran-Israel, PKS Ingatkan Pemerintah Jaga Pasokan Minyak Domestik


Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Amin Ak mengingatkan pemerintah agar mengantisipasi dampak ekonomi dari konflik Iran-Israel. Waspada pasokan minyak dalam negeri.

“Meskipun Indonesia tidak mengimpor minyak dari Iran, pasokan minyak global dapat terpengaruh, karena Iran adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia,” ujar Amin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Ktata Amin, pemerintah perlu menjaga pasokan minyak domestik. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kebutuhan minyak di Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta barel per hari. Sementara produksi minyak dalam negeri hanya 612 ribu barel per hari.

“Ini berarti Indonesia memerlukan impor sekitar 788 ribu barel per hari. Sementara, tahun lalu, rata-rata impor minyak hasilan sekitar 2,16 juta ton per bulan. Dan impor minyak mentah rata-rata 1,48 juta ton,” ucap dia.

Bukan apa-apa, kontrak pembelian minyak atau BBM menggunakan dolar AS. Sedangkan nilai tukar (kurs) saat ini sudah berada di level Rp16.200 per dolar AS. Alhasil, biaya belanja minyak mentah atau BBM menjadi semakin mahal.

“Untuk itu, (saya) memperingatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, bersama dengan potensi kenaikan harga minyak dunia akibat eskalasi konflik, dapat menguras devisa Indonesia,” sambungnya,

Amin menilai, skema hedging nilai tukar rupiah terhadap dolar AS perlu dilakukan agar cadangan devisa tidak tergerus. Selain itu, jika nilai tukar rupiah melemah dan harga minyak naik, anggaran subsidi atau kompensasi dapat meningkat.

“Karena itu, (saya) menilai kenaikan harga minyak dunia dapat memberatkan APBN, karena subsidi energi akan membengkak,” tuturnya.

Di sisi lain, pengurangan atau penghapusan subsidi energi dapat membebani masyarakat, yang berpotensi memiliki efek berantai yang meningkatkan harga kebutuhan pokok.

Untuk menghadapi situasi ini, Amin menyarankan pemerintah untuk membangun rantai pasok yang lebih resilien, termasuk memastikan pasokan pangan dan energi tetap berjalan lancar.

“Rantai pasok global yang terganggu oleh perang dapat menyebabkan produsen mencari bahan baku dari tempat lain, yang pada gilirannya meningkatkan biaya produksi dan membebankan biaya tersebut kepada konsumen,” ucap Amin.
    

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button