News

Kemenkes: Angka Kematian Anak di Indonesia Masih Tinggi

Kemenkes menyatakan angka kematian pada bayi masih terbilang tinggi dalam kegiatan Pekan Ilmiah Tahunan IDAI. Apalagi dengan munculnya kasus baru Polio yang sudah memasuki status Kejadian Luar Biasa.

“Saya baru saja sebulan yang lalu me-review angka kematian bayi. Angkanya sekitar 24/1000 yang harus di turunkan  menjadi 14/1000 pada akhir tahun 2024,” kata Budi saat temu media virtual, Jakarta, baru-baru ini.

Kemudian Budi membandingkan dengan negara lain, menurutnya perbedaannya besar sekali jika melihat negara tetangga kita yaitu Singapura. Angka kematian bayi di Singapura berada pada 1,8/1000.

“Jadi walaupun kita turunkan ke 14/1000 itu masih hampir 8x lipat lebih tinggi. Malu rasanya negara kita sudah lama merdeka tapi ko masih segini angka kematiannya,” tegas Budi.

Lebih lanjut, Budi menuturkan bahwa penyebab paling besar meninggalnya pada bayi meliputi berat badan lahir rendah, asfiksia dan genetik atau kelainan kongenital. Maka dari itu, Budi meminta untuk para seluruh spesialis anak fokus terhadap dua penyebab awal.

“Jadi kita fokus ke dua awal tadi, jika dihitung 40 persen atau 50 persen dari 24 kan sudah turun jadi 12. Itu sudah turun dari target kita,” tuturnya.

Ketua IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso menambahkan dua penyebab kematian pada bayi atau anak yaitu ekonomi krisis dan kesehatan mental. Ekonomi krisis menjadi puncak masyarakat mendapati keterbatasan obat-obatan. Sehingga kurangnya cakupan vaksinasi.

“Dua tahun terakhir imunisasi rutin hanya mencapai 83 persen padahal target kita itu 93 persen,” jelas Piprim.

Selain itu, tidak hanya polio penyakit lain seperti Difteri, Campak dan Rubella juga meningkat. Piprim membuat strategi baru untuk dapat mengenalkan bahaya penyakit agar masyarakat mau melakukan imunisasi secara rutin.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button