News

KTT G20 India Tanpa Kehadiran Xi Jinping dan Vladimir Putin

Para pemimpin G20 menggelar pertemuan di India pada 9-10 September 2023. Mereka berharap mencapai kemajuan dalam perdagangan dan iklim, namun tanpa kehadiran Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

G20 dibentuk pada saat krisis keuangan 2008 sebagai cara untuk mengelola perekonomian global. Namun, ketika pesawat kepresidenan dan perdana menteri mulai mendarat di New Delhi, ketidakhadiran Xi menimbulkan pertanyaan tentang apa yang masih bisa disepakati oleh China dan India.

Ketika KTT G20 akan dimulai, para pejabat belum menyelesaikan tugas rutin mereka untuk meredakan perselisihan dan menyelesaikan komunike bersama yang harus ditandatangani oleh para pemimpin.

Tidak ada alasan resmi yang diberikan atas ketidakhadiran Xi, namun China telah terbuka mengenai keinginannya untuk mengubah kelompok yang biasanya dipimpin AS seperti G20 dan menggantinya dengan kelompok yang lebih sejalan dengan kepentingan Beijing. Diketahui, Xi malah dijadwalkan bakal menjamu pemimpin Venezuela dan Zambia di Beijing.

Kebencian diplomatis dan tuduhan kejahatan perang juga membuat Presiden Rusia Vladimir Putin menjauh, meskipun Moskow terus menekan sekutunya untuk mengurangi kecaman internasional atas invasi mereka ke Ukraina.

“Sekali lagi, Vladimir Putin gagal menunjukkan wajahnya di G20. Dia adalah arsitek dari pengasingan diplomatiknya sendiri, yang mengasingkan diri di istana kepresidenannya dan menghalangi kritik dan kenyataan,” ujar Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.

“Sementara itu, anggota G20 lainnya menunjukkan bahwa kami akan hadir dan bekerja sama untuk mengambil bagian dari kehancuran yang dilakukan Putin,” imbuh Sunak.

Baca Juga:

Presiden Jokowi Boyong Enam Menterinya ke KTT G20 India

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/Whats_App_Image_2023_09_09_at_12_56_03_1_0b3bb5d1aa.jpeg?ssl=1

Menjelang KTT tersebut, Presiden AS Joe Biden juga menegaskan pertemuan tersebut akan tetap berjalan baik, bahkan ketika pasar khawatir bahwa perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia akan meningkat.

Rumor yang beredar menyebutkan China mungkin akan melarang peredaran iPhone milik Apple. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, saat berbicara di pesawat kepresidenan Air Force One yang hendak menghadiri pertemuan puncak, menepis pertanyaan tentang rumor tersebut.

“Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang memotivasi mereka, apa cakupan dari hal ini, dan apa yang mereka pikirkan dampak keseluruhannya harus dijawab oleh Beijing,” kata Sullivan.

Banyak pemimpin G20 khawatir perekonomian mereka sudah berada dalam risiko kerusakan tambahan karena raksasa perdagangan dunia saling berhadapan. Para ekonom mengatakan, pembatasan AS terhadap transfer teknologi sensitif ke China telah memperdalam perlambatan perekonomian negara terbesar kedua di dunia tersebut.

Namun, mereka juga merujuk pada permasalahan struktural yang serius di China seperti menyusutnya angkatan kerja, produktivitas yang lebih lambat, dan pasar real estate yang terlalu panas.

Berbicara di Delhi, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan perlambatan China membawa risiko bagi seluruh dunia.

Baca Juga:

Hadiri KTT G20 India, Presiden Jokowi Disambut Langsung PM Narendra Modi

“China menghadapi berbagai tantangan global jangka pendek dan jangka panjang, tantangan ekonomi yang telah kami pantau dengan cermat. Meski demikian, China memiliki cukup banyak ruang kebijakan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini,” tegas Yellen.

Panggung bagi India

Menjadi tuan rumah KTT G20, Perdana Menteri India Narendra Modi –yang merasakan peluang untuk meningkatkan kredibilitasnya sebagai negarawan menjelang pemilu ulang awal tahun depan– telah memasukkan dirinya ke dalam kekosongan politik.

Iring-iringan mobil yang berdatangan dari bandara internasional New Delhi, yang namanya diambil dari nama Perdana Menteri Indira Gandhi yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri, tidak diragukan lagi adalah siapa yang memegang kendali saat ini.

Dari poster, plakat, dan baliho, citra Modi dipandang sebagai wajah publik dari pertemuan puncak dua hari tersebut. Dalam beberapa kasus, Modi hanya menerima delegasi. Di negara lain, ia menyampaikan slogan-slogan yang bankable di dalam negeri mengenai pembangunan, lapangan kerja, dan memberikan suara kepada negara-negara selatan.

Sumedha Dasgupta, analis senior Asia di Economist Intelligence Unit, percaya India akan berusaha menjadi suara yang kredibel yang dapat memfasilitasi dialog antara dunia utara dan selatan.

Modi tampaknya akan mengambil setidaknya satu langkah konkrit ke arah tersebut –dengan beberapa pemimpin menyatakan dukungannya untuk memperluas blok tersebut ke dalam G21 dan memasukkan Uni Afrika sebagai anggota tetap.

Baca Juga:

Presiden Jokowi Tiba di New Delhi untuk Hadiri KTT G20

Upaya Modi untuk membuat G20 mengatasi restrukturisasi utang global dan guncangan harga komoditas setelah invasi Rusia ke Ukraina kurang berhasil.

Pertemuan para menteri energi G20 pada Juli lalu juga gagal menyepakati peta jalan alias road maps untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil atau bahkan menyebutkan batu bara, bahan bakar kotor yang masih menjadi sumber energi utama bagi negara-negara seperti India dan China. [AFP]
 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button