Market

Tahun Ini Rupiah Jeblok, BI: Tunggu Setahun Baru Membaik

Nilai tukar (kurs) rupiah terus melemah, mendekati Rp15.000 per dolar AS. Hal ini akan berdampak kepada semakin mahalnya barang-barang impor. Kemungkinan, rupiah menguat tapi tahun depan.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membeberkan 4 alasan yang mendorong penguatan nilai tukar rupiah pada 2024. “Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, inflasi terkendali, neraca pembayaran dan defisit transaksi masih rendah, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) maupun aset keuangan Indonesia tetap menarik,” papar Perry saat rapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Kamis (8/6/2023).

Terjaganya 4 faktor tersebut, lanjut Perry, BI optimis, berdampak aliran modal asing masuk Indonesia, tidak hanya Penanaman Modal Asing (PMA) dari hilirisasi. “Tapi juga dari investasi portofolio. Oleh karena itu, kenapa dalam penjelasan kami sebelumnya, rupiah itu kami perkirakan menguat,” ujar Perry

Tahun ini, lanjutnya, nilai tukar rupiah berkisar Rp14.800 per dolar AS sampai Rp15.200 per dolar AS dan tahun depan menjadi Rp14.600 per dolar AS sampai Rp15.100 per dolar AS.

“Namun, kami juga meyakini dalam perumusan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), tentu saja ada suatu kecenderungan (bahwa) angka-angka titik tengahnya itu lebih tinggi dari yang angka titik tengahnya Bank Indonesia,” ujar Perry.

Untuk titik tengah dari BI adalah Rp14.800 per dolar AS dari kisaran Rp14.600-Rp15.100 per dolar AS. Namun, Kementerian Keuangan memandang keperluan untuk menetapkan titik tengah yang lebih tinggi, sebesar Rp14.900 per dolar AS dari kisaran Rp14.700-Rp15.200 per dolar AS.

“Masih sejalan dengan pandangan kami bahwa rupiah akan menguat dan memberikan ruangan bagi pemerintah kalau memang memilih titik tengah yang di atas dari Bank Indonesia. Titik tengahnya Bank Indonesia Rp14.800 (per dolar AS), pemerintah kalau memerlukan Rp14.900 (per dolar AS) itu masih dalam konsistensi,” katanya pula.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button