News

Negara Pembakar Al Quran Bersiap Menuai ‘Karma’

Swedia menghadapi kecaman internasional setelah serangkaian penodaan kitab suci oleh aktivis anti-Islam. Tak hanya mendapat kecaman, Swedia bersama Denmark dan Belanda menjadi incaran balas dendam dan aksi teror. Negara-negara ini bisa menuai ‘karma’ karena membiarkan aksi-aksi pembakaran Al Quran.

Pekan lalu, Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris memperingatkan warga agar tidak mengunjungi Swedia karena meningkatnya kemungkinan serangan karena aksiIslamofobia. Dalam saran perjalanan yang diperbarui, Inggris mengatakan pihak berwenang Swedia telah berhasil menggagalkan beberapa serangan yang direncanakan dan melakukan penangkapan.

“Anda harus waspada saat ini,” kata peringatan tersebut, mengutip Reuters, baru-baru ini. Kemlu Inggris ini menambahkan bahwa “teror sangat mungkin mencoba dan melakukan serangan di Swedia” dengan tempat-tempat yang dikunjungi oleh orang asing sebagai target potensial. Pemerintah Amerika Serikat juga telah memperingatkan kemungkinan serangan di Swedia dalam nasihatnya kepada para pelancong.

Dinas keamanan Swedia, SAPO, telah meningkatkan penilaian tingkat ancaman terhadap Swedia menjadi 4 pada skala 5 di tengah meningkatnya ketegangan internasional atas pembakaran salinan Al-Quran pada demonstrasi di negara Nordik tersebut. “Ancaman terhadap Swedia berangsur-angsur berubah dan ancaman serangan dari aktor-aktor Islamisme kekerasan meningkat sepanjang tahun ini,” kata dinas keamanan dalam sebuah pernyataan, mengutip Al Jazeera.

SAPO mengatakan Swedia telah berubah dari dianggap sebagai target yang sah untuk serangan teror menjadi dianggap sebagai target prioritas. Dalam beberapa bulan terakhir, Swedia dan Denmark menghadapi serangan balik dari negara-negara Muslim setelah serangkaian aktivis anti-Islam membakar salinan Al Quran, kitab suci umat Islam.

Di bawah undang-undang kebebasan berbicara, pembakaran Al Quran diizinkan di Swedia, tetapi tindakan tersebut dianggap menghina dunia Muslim. Swedia dan Denmark sedang mempertimbangkan undang-undang baru untuk menghentikan aksi-aksi seperti itu namun kritikus domestik mengatakan rencana tersebut akan merusak undang-undang mereka tentang kebebasan yang dilindungi.

Swedia, bersama Denmark, dan Belanda mendapat ancaman dari beberapa kelompok setelah dicap sebagai negara pembakar Al-Qur’an. Penasihat Keamanan Nasional Swedia Henrik Landerholm menegaskan kembali meningkatnya ancaman terhadap Swedia sejak pembakaran Al-Qur’an.

Landerholm mengatakan penyerbuan kedutaan Swedia di Irak pada 19 Juli, percobaan serangan terhadap kedutaan besarnya di Lebanon pada 9 Agustus, dan juga penembakan seorang karyawan pada 1 Agustus di konsulat Swedia di Turki berkontribusi pada penilaian risiko.

Sebelumnya, tiga negara Swedia, Denmark, dan Belanda mendapat ancaman dari beberapa kelompok . Ancaman itu dikonfirmasi oleh kepala departemen kontraterorisme Polisi Keamanan Swedia, Magnus Sjoberg. Menurutnya, peringatan berasal dari serangkaian aksi pembakaran Al-Qur’an yang sering terjadi di tiga negara tersebut.

Dia juga menekankan tidak bisa menjamin tak akan ada serangan, meskipun polisi setempat telah meningkatkan keahlian untuk kontraterorisme beberapa tahun terakhir. “Ancaman tersebut sekarang menjadi lebih nyata,” kata dia.

Beberapa hari sebelumnya, laporan Expressen menyebutkan sebuah bom dilemparkan ke arah pintu masuk Kedutaan Besar Swedia di Beirut Lebanon. Namun bom yang dilempar malam hari itu gagal meledak dan Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom menjelaskan tidak ada yang terluka.

Swedia dan Denmark juga telah memperketat kontrol perbatasan. Ini dilakukan untuk meningkatkan keamanan dalam negeri dan mencegah orang yang tidak diinginkan masuk, termasuk terkait aksi balas dendam akibat kejadian pembakaran Al Qur’an. Di Denmark, pengetatan telah terjadi sejak 10 Agustus lalu. Sejumlah patroli dan pemeriksaan pada pelancong dari Swedia dilakukan di kereta api atau mobil.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button