News

NU dan Muhammadiyah Mesti Bersatu, Zulhas: Bawa Indonesia Maju, Kuasai Dunia

Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar Simposium 1 Abad Nadhlatul Ulama di Hotel Sheraton Surabaya, Jawa Timur. Turut hadir Ketum dan Sekjen PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dan H. Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, acara ini diselenggarakan sebagai upaya duduk bersama antara Muhammadiyah dan NU. Menteri Perdagangan (Mendag) itu menyatakan, duduk bersama bukan berarti harus sama.

Mungkin anda suka

“Saya, kami PAN, memang berusaha keras untuk mendudukan, bukan mempersamakan, agar NU dan Muhammadiyah bisa duduk bareng begini. Bukan baru-baru ini. Hari ini saya gembira karena mencapai puncaknya. Ketua PBNU hadir, itu puncak. Tetapi, di daerah sering,” ujarnya, Sabtu sore (18/1/2023).

Zulhas menegaskan, persatuan antara kedua organisasi Islam tertua di Indonesia ini perlu, untuk menopang dan mendukung bangsa dalam menghadapi persaingan global. Apalagi, saat ini kondisi dunia sedang tak menentu.

”Menghadapi perubahan dunia yang cepat, penting sekali untuk bersatu. Barat juga berubah cepat. Amerika sekarang melarang Islamphobia. Karena Amerika menyadari bahwa kompetitor yang nyata adalah Tiongkok. Karena itu narasi yang dibangun tentang perubahan iklim, hak asasi manusia, demokrasi dan lain-lain. Itu isu yang sedang dibangun. Kita duduk bareng tidak lagi mempermasalahkan cebong-kampret,” jelasnya.

Ia juga menekankan perbedaan yang ada jangan membuat NU dan Muhammadiyah jadi terperangkap dan tidak berkembang. Justru, sambung dia, perbedaan ini harus dijadikan modal untuk membangun bangsa dan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju.

“Padahal cita-cita kita pada 2045 Indonesia menjadi negara maju. Mustahil, jika umat Islam tidak bersatu kokoh walaupun dalam keberagaman. Jangan sampai kita terperangkap disini. Kita harus tembus menjadi negara yang maju. Negara yang maju, kita harus menguasai dunia,” tegasnya.

Muhammadiyah Kakak Tertua NU

Menanggapi pernyataan Zulhas, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyebut PAN sudah berhasil mentransformasikan dirinya menjadi partai yang rasional. Kiai Yahya merasa bangga partai berlambang matahari putih ini tidak mengedepankan politik identitas.

“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada PAN, Pak Zul dan PAN sudah ikut menyemarakkan satu Abad NU dan menyambut abad ke-2 nya,” ujar Gus Yahya dalam acara tersebut.

Dalam pidatonya Gus Yahya menekankan pentingnya menjaga persatuan kebangsaan, ukhuwah wathoniyah. Acara yang menghadirkan 1000-an masyarakat Nahdliyin dan Muhammadiyin Jawa Timur ini, sukses menyedot atensi para hadirin.

Mereka antusias menyaksikan guyubnya PAN dan warga Nahdliyin. Senada dengan itu, Ust Adi Hidayat mengatakan dalam pidatonya juga menyinggung soal sinergitas antara NU dan Muhammadiyah.

“Insya Allah di abad ke-2 ini, NU akan terus bersinergi dengan Muhammadiyah. Karena seperti perjalanan bangsa ini, kedua ormas besar ini saling bergandengan tangan dan membesarkan peradaban,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid sebut Muhammadiyah sebagai kakak tertua, maka untuk kerja sama NU dengan Muhammadiyah selalu always tidak pernah never

“Muhammadiyah itukan kakak tertua, kakaknya NU jadi kerja sama itu selalu always tidak pernah never. Begitu juga dengan ormas Islam yang lain yang sehaluan dengan maksud dan tujuan syariah itu sendiri,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, kolaborasi Muhammadiyah dengan NU, kata Alisha, di dalam bidang-bidang sosial kemasyarakatan atau pelayanan kemanusiaan senantiasa terjalin dengan baik, rekat dan kuat. Muhammadiyah dengan NU bersama-sama komitmen dalam merawat Indonesia. “Apalagi terhadap kakaknya ini Muhammadiyah, pasti selalu dan terus dilakukan di berbagai lini,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button