Ototekno

Open Signal: Indonesia Peringkat Ketiga Keandalan Jaringan di ASEAN


Berdasarkan laporan dari Opensignal, perusahaan analitik seluler global, menempatkan Indonesia di posisi ketiga dalam hal keandalan jaringan di kawasan Asia Tenggara, menandakan kemajuan signifikan dalam infrastruktur telekomunikasi negara.

Laporan yang dirilis awal Februari berjudul “The Opensignal Global Reliability Experience Report” mengungkapkan bahwa Indonesia mencetak skor 831 dalam indeks Pengalaman Keandalan, sebuah prestasi yang mencerminkan kemampuan pengguna untuk terhubung dan menjalankan aktivitas di jaringan dengan lancar, termasuk streaming video, panggilan suara, dan penelusuran web. Singapura memimpin dengan skor 867, diikuti oleh Thailand dengan 841, sedangkan Malaysia dan Filipina mencatat skor di bawah 800.

Pengalaman Keandalan, diukur pada skala 100-1000, mempertimbangkan faktor-faktor seperti ketersediaan sinyal, konektivitas data, penyelesaian tugas, dan kecukupan dalam menjalankan aktivitas digital. Opensignal menyelaraskan definisi keandalan dengan standar International Standardization Organization (ISO), yang menekankan pada kemampuan unit fungsional untuk menjalankan fungsi yang diperlukan selama interval waktu tertentu dalam kondisi tertentu.

Survei Opensignal yang melibatkan lebih dari 55.000 responden di AS menunjukkan bahwa konsumen cenderung mengutamakan keandalan jaringan daripada kecepatan. Keandalan dianggap sebagai faktor penting kedua setelah biaya, dengan 19% responden menilai keandalan sebagai aspek kunci dalam memilih operator seluler, berbanding 7% yang lebih memprioritaskan kecepatan unduh/unggah.

post-cover
sumber: opensignal.com

Analisis Opensignal juga menemukan bahwa negara-negara dengan tingkat pertumbuhan pelanggan seluler yang lebih tinggi cenderung memiliki skor Pengalaman Keandalan yang lebih rendah, sebuah indikasi bahwa peningkatan jumlah pengguna internet seluler tidak selalu sejalan dengan peningkatan kualitas jaringan. 

Faktor ini relevan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menghadapi tantangan membangun infrastruktur jaringan yang memadai untuk menopang pertumbuhan pengguna yang cepat.

Selain itu, laporan tersebut menyoroti bahwa peningkatan kecepatan unduh di atas 50 Mbps tidak signifikan meningkatkan skor keandalan, menunjukkan bahwa setelah ambang batas tertentu, kecepatan tinggi tidak lagi berkontribusi besar pada peningkatan pengalaman pengguna.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sebelumnya juga telah mengumumkan jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023.

Dari hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis APJII, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5%. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka ada peningkatan 1,4%. Berdasarkan gender, kontribusi penetrasi internet Indonesia banyak bersumber dari laki-laki 50,7% dan perempuan 49,1%.

Hasil ini menggarisbawahi pentingnya investasi berkelanjutan dalam infrastruktur telekomunikasi untuk memastikan pengalaman pengguna yang andal dan efisien, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button