News

PPP di Pinggir Jurang akibat Defisit Kader 

ppp-di-pinggir-jurang-akibat-defisit-kader 

Posisi PPP seolah berada di pinggir jurang akibat defisit kader. Penyusutan suara secara konsisten pada setiap gelaran pemilu legislatif (pileg) yang dialami partai dengan sejarah panjang menandakan tak ada lagi memiliki kader mumpuni yang bukan hanya menarik suara namun mempertahankan dukungan massa tradisional yang menjadi tulang punggung partai berlogo Ka’bah.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Forum Ka’bah Membangun (FKM) PPP, Anwar Sanusi menyebutkan, penurunan kursi PPP sejatinya terjadi sejak transisi reformasi, bukan ketika reformasi. “Saya diminta untuk mengevaluasi kinerja PPP, intinya saya mengambil suara PPP ketika 1997, ketika kami-kami ini menjadi anggota DPR RI yang diakhiri di masa order baru itu (meraih) 89 kursi,” terang Anwar dalam konferensi pers bertajuk “Refleksi Setengah Abad PPP”, di Jakarta, Kamis (5/1/2023).

“Kemudian ketika Pemilu 1999 tinggal 59 kursi. Saya katakan bukan sebelum reformasi, tetapi transisi reformasi. Kemudian ketika 2004 (ada) 58 kursi, pemilu 2009 (meraih) 38 kursi, pemilu 2014 (dengan) 39 kursi, dan saat ini pemilu 2019 tinggal 19 kursi,” tambah dia.

Dia mengeluhkan posisi PPP yang sekarang ini menjadi parpol dengan kursi paling sedikit di parelemen. Analisisnya, situasi tersebut terjadi lantaran terjadi pelemahan dalam perekrutan kader yang mumpuni.

Apabila hal itu tidak dijadikan bahan koreksi, dia meyakini PPP tinggal riwayat saja. Sebaliknya, jika situasi tersebut dijadikan momentum untuk introspeksi diri dan melakukan pembenahan, PPP bisa kembali besar. Dan terbuka peluang untuk kembali berjaya.

“Apakah masih ada peluang? Ada. Indonesia adalah mayoritas Islam, Insya Allah dukungan ulama, kyai, kalau kita bisa bersilaturahmi dan bersilaturahim insya Allah masih ada berhubungan,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button