News

Prabowo hingga Puan Cocok Pimpin Indonesia, Kompetensi Ganjar dan Anies Belum Selevel

Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho menegaskan masyarakat jangan memilih pemimpin dari hasil survei, melainkan dari kompetensi. Meski begitu, ia mengakui ada beberapa tokoh yang masuk dalam bursa sejumlah lembaga survei, memiliki kompetensi yang mumpuni untuk pimpin Indonesia meski elektabilitasnya tak terlalu moncer.

Dimas menyebutkan ada tiga tokoh nasional yang ia nilai sudah memiliki kompetensi tingkat nasional. Mereka adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua DPR Puan Maharani.

Alasan Prabowo dinilai cocok pimpin Indonesia, ia menjelaskan, sosok eks Danjen Kopassus itu punya kemampuan bidang pemerintahan yang cukup baik, hal tersebut terbukti dari kinerjanya selama ini sebagai Menteri Pertahanan.

“Prabowo juga dianggap sebagai sosok yang sejak tahun 1998 tetap bertahan untuk memberikan pengabdian terbaiknya kepada bangsa,” jelasnya kepada inilah.com, Rabu (8/3/2023).

Sedangkan Airlangga, sambung dia, juga sama seperti Prabowo yang cakap dalam bidang pemerintahan. Sukses membangkitkan ekonomi Indonesia usai terpuruk karena terpaan pandemi COVID-19.

“Artinya kan dua ini punya kompetensi. Jadi secara kompleksitas politik dan ekonomi, level presidensial, level pemimpin nasional itu dia juga harus memahami tentang kompleksitas politik global. Di saat yang sama dia harus mampu membela kepentingan nasional gitu loh,” sambungnya.

Kemudian, tambah dia, figur yang ketiga Puan Maharani, tidak bisa diremehkan begitu saja. Selain Puan adalah Ketua DPR perempuan pertama, anak Megawati Soekarnoputri ini juga berhasil saat jadi Menko PMK di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Dia juga cukup prospektif gitu. Dia pernah jadi Menko PMK, bisa menjadi Ketua DPR RI, dan juga merepresentasikan partai besar. Puan punya pengalaman dalam mengurusi kemiskinan, kesejahteraan sosial, pembangunan manusia. Ini kan jadi krusial juga,” imbuh Dimas.

Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, menurutnya masih berpeluang untuk diusung sebagai calon alternatif. Sebab, belum memiliki kompetensi se-level ketiga tokoh sebelumnya, hanya bermodalkan unggul dalam sejumlah hasil survei. Ia menyarankan, masyarakat jangan terlalu terpaku pada tingkat elektabilitas semata saat gelaran Pemilu 2024.

“Jadi ini bukan menang kalah, kalau soal survei ini kan baunya jadi menang kalah. Kita didikte untuk memilih orang yang populer (dari hasil survei padahal) sebenarnya tidak harus dari hasil survei. Karena survei juga punya peluang untuk ada error,” tuturnya.

Ia mengingatkan, jika rakyat hanya memilih pemimpinnya berdasarkan populisme saja, tentu nanti bangsa ini akan terombang-ambing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memerlukan tradisi demokrasi yang berkualitas dan sehat, dengan tidak hanya memilih pemimpin secara populisme.

“Justru kita menghindari yang namanya free riderism, jadi free riderism itu menghindari orang-orang populer yang kemudian dijadikan, atau menjadi pemimpin nasional tapi ini yang kita khawatirkan orang-orang ini hanya menjadi wayang dari kekuatan ekonomi politik yang lebih kuat,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button