Market

Proyek Pinjaman USD 5,5 Miliar, Luhut: Pelaku Usaha Bisa Manfaatkan Tenant di Stasiun KA Cepat Whoosh

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan keuntungan Indonesia menggarap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang menghabiskan anggaran Rp120 triliun lebih.

Namun Luhut hanya bisa menjanjikan dampak ekonomi KA Cepat Whoosh untuk para pelaku usaha bisa berjualan di tenant-tenang yang ada. Nah, dari tenant tersebut pertumbuhan ekonomi dapat terlihat secara nasional.

Padahal hanya untuk menyelesaikan proyek ini, pemerintah terpaksa harus meminjam dari China Development Bank (CDB) sebesar US$ 5,5 miliar dengan jangka waktu 50 tahun dan tingkat bunga 2% per tahun.

Luhut menjelaskan proyek KCJB ini bakal menciptakan multiplier effect yang menguntungkan bagi masyarakat lokal. Secara umum kehadiran KCJB ini, dikatakan luhut bakal menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu instrumennya seperti penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat, dan juga dapat memberikan ruang baru bagi para pelaku usaha dengan berjualan lewat tenant-tenant yang bakal tersedia nantinya.

“Melalui proyek KCJB ini kita mendapatkan berbagai manfaat untuk bangsa kita, mulai dari terciptanya lapangan kerja baru utamanya bagi masyarakat lokal dan menghadirkan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang dilintasi oleh jalur kereta api cepat,” kata Luhut dalam sambutannya saat meresmikan KCJB di stasium Halim, Senin (2/9/2023).

Selain itu, kehadiran KCJB ini juga memberikan dampak positif terhadap transfer teknologi ke Indonesia. Mengingat teknologi serupa juga belum pernah ada di Indonesia.

“Serta terjadinya teknologi transpor yang mustahil terutama di bidang konstruksi dan juga modernisasi sistem repretasian ke depan,” lanjutnya.

Disamping itu Pemerintah mengharapkan, dengan adanya moda transportasi ter anyar ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik. Dengan demikian emisi karbon yang dihasilkan lewat kendaraan pribadi dapat terkurangi.

“Masyarakat yang menggunakan transportasi umum dalam rangka mengurangi angka emisi karbon dari sektor kendaraan pribadi,” jelasnya.

Anggaran Bengkak

Adapun Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung awalnya diestimasi hanya memakan biaya US$ 5,5 miliar. Tetapi akhirnya merangkan naik menjadi US$ 5,8 miliar dan meningkat lagi jadi US$ 6,07 miliar. Saat itu ditargetkan pembangunannya bisa selesai 2019.

Namun hingga pertengahan tahun 2023 ini proyek masih berjalan. Otomatis anggaran proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak lagi mencapai US$ 1,176-1,9 miliar, menjadi maksimal US$ 7,97 miliar.

Pada 21 Januari 2016 proyek ini dimulai dengan dilakukan groundbreaking oleh Jokowi di Perkebunan Mandalawangi Maswati, Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat.

Usai groundbreaking, pekerjaan proyek itu terkendala masalah pembebasan lahan yang tak kunjung rampung sehingga pendanaan yang berasal dari China juga tak kunjung terealisasi. Molornya proyek ini membuat biaya menjadi bengkak.

Kapan Bisa Balik Modal?

Masyarakat banyak yang mempertanyakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dibangun sepanjang 142,3 kilometer dengan menghabiskan anggaran hingga Rp120 triliun lebih, kapan balik modal?

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pernah mengungkapkan kalkulasi pendapatan KCJB di hadapan Komisi V DPR saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat atau RDP. Direktur Utama KCIC, Dwiyana Slamet menjelaskan tarif KCJB ini, akan terbagi dalam tiga kelas yakni VIP, first class dan second class.

“Kapasitas 1 train set ada 601 seat, terdiri dari 3 kelas, VIP, first class, dan second class. Tarif berkisar Rp 150-350 ribu sesuai hasil study demand forecast POLAR UI,” terangnya dalam RDP dengan Komisi V, Senin (7/2/2022) saat itu.

Hasil review feasibility study yang dilakukan saat ini juga potensi break even point (BEP) mencapai 40 tahun. Menurutnya perhitungan itu masih terus dilakukan dan diharapkan bisa lebih cepat.

Penghitungan BEP itu, juga berdasarkan perkiraan penumpang per hari Kereta Cepat Jakarta-Bandung setelah beroperasi di tahun 2023. Dengan perkiraan jumlah penumpang mencapai 31.215. Angka itu turun dari hasil kajian demand forecast penumpang per hari sebelumnya di 2017 yang mencapai 61.157 orang.

“Kemudian setelah dilakukan evaluasi oleh POLAR UI dengan memperhatikan semua asumsi termasuk terkait adanya rencana pemindahan ibu kota dan lain-lain, penumpang menjadi 31.215 penumpang per hari,” terangnya.

Jika dihitung maka potensi kehilangan penumpang dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai 29.942 orang. Angka itu berkurang 48,9% dari asumsi sebelumnya.

Meski begitu, menurut Dwiyana, BEP dari proyek perkeretaapian memang terbilang cukup panjang. Dwiyana mengakui proyek kereta api memang sulit untuk balik modal di bawah 20 tahun. Selain KCIC sendiri mendapat konsesi selama 50 tahun, termasuk masa konstruksi dan pengembangan. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button