Market

Resesi Dunia Mulai Terasa, BPS: Nilai Ekspor Maret 2024 Turun Dibanding Tahun Lalu


Hawa panas dari konflik global sudah terasa di Indonesia. Permintaan dari sejumlah mitra dagang Indonesia, anjlok karena perekonomiannya rontok.

Meski, begitu, neraca perdagangan Maret 2024 tetap mencatatkan surplus US$4,47 miliar atau setara Rp67,05 triliun dengan asumsi kurs Rp15.000/US$. Capaian ini terulang 47 kali sejak Mei 2020.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/4/2024), Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia A Widyasanti mengatakan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 turun 4,19 persen dibandingkan Maret 2023.  “Nilai ekspor pada Maret 2024 mencapai 22,43 miliar dolar AS. Naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Tapi turun 4,19 persen secara tahunan,” kata Amalia.

Dia menyebut, ekspor nonmigas pada Maret 2024 mencapai US$21,15 miliar. Di mana, ekspor nonmigas mengalami pertumbuhan 17,12 persen dibanding Februari 2024. Namun turun 4,21 persen jika dibanding ekspor nonmigas Maret 2023.

Secara kumulatif, BPS mencatat nilai ekspor Indonesia Januari–Maret 2024 mencapai US$62,20 miliar. Angka ini turun 7,25 persen dibanding periode yang sama tahun 2023. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 58,30 miliar atau turun 7,53 persen.

Komoditas dengan peningkatan terbesar dibanding Februari 2024 adalah logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar US$ 925,8 juta atau 206,58 persen.

Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Maret 2024, mengalami penurunan 4,92 persen dibanding periode yang sama 2023.

Demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya, kata dia, mengalami penurunan 17,31 persen. Sedangkan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 8,05 persen.

Ekspor nonmigas Maret 2024 terbesar adalah ke China yaitu US$4,75 miliar. Diisusul ke Amerika Serikat US$2,19 miliar, dan India US$1,78 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,22 persen.  “Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa masing-masing sebesar 3,78 miliar dolar AS dan 1,42 miliar dolar AS,” kata Amalia.

Pada periode Januari–Maret 2024, tutur Amalia, China tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai US$13,359 miliar atau 22,91 persen.  Diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$6.282,6 juta atau 10,78 persen, dan India US$5.090,9 juta atau 8,73 persen.

Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut, kata Amalia, berupa besi dan baja, bahan bakar mineral, dan nikel dan barang terkait nikel. Sementara itu ekspor ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa pada periode tersebut kontribusinya masing-masing 17,39 persen dan 7,34 persen.

Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Maret 2024 berasal dari Jawa Barat senilai US$9,15 miliar. Diikuti Jawa Timur US$6,33 miliar atau 0,18 persen, dan Kalimantan Timur US$6,29 miliar atau 10,11 persen.
 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button