News

Teddy Thohir Wariskan Sikap Kepada Sang Penerus: Rika, Btho dan Etho

teddy-thohir-wariskan-sikap-kepada-sang-penerus:-rika,-btho-dan-etho

Tapi Etho dikenal publik tidak karena nama-nama perusahaan tersebut. Etho sepertinya berhasil melunaskan keinginan sang ayah untuk menjadi seorang yang mandiri. Memang itulah alasan Teddy menyekolahkan Btho dan Etho ke luar negeri. “Agar mereka bisa survive dan mampu mengatasi masalah karena nantinya akan berada di tengah-tengah bangsanya sendiri,”kata Teddy

Oleh   : Darmawan Sepriyossa

Apa yang paling dominan membuat pengusaha dan Menteri BUMN, Erick Thohir, memahatkan sukses sebagaimana kita lihat hari ini? Di mata saya, tampaknya penolakan sang ayah, Mochamad “Teddy” Thohir, manakala si anak meminta untuk bekerja di Astra usai ia menamatkan kuliah. Keputusan bijak Teddy itu kini membawa berkah: Etho—sapaan akrab Erick– tak mengalami nasib laiknya para putra taipan lainnya, yang kesuksesan mereka senantiasa dikaitan publik dengan orang tua.

Teddy saat itu bukan orang sembarangan di Astra. Ia bergabung bersama Astra sejak awal, meniti karir dari pegawai hingga menjadi anggota direksi, sampai bisa bersanding sebagai pemegang saham dengan William Soeryadjaya, sang pemilik. Sementara meski rookie di dunia kerja, Etho pun saat itu bukanlah lulusan ‘kaleng-kaleng’.  Ia pulang dari negeri Uncle Sam sambil mengantongi gelar sarjana (Bachelor of Arts) dari Glendale University, serta Master of Business Administration (MBA) dari Universitas Nasional California.

Adik bungsu dari kakak-kakaknya, Rika Thohir, ‘Boy’ Garibaldi Thohir atau Btho, itu memang didorong Teddy untuk menjadi seorang entrepreneur. Teddy sendiri pun sejak muda seorang yang berpikiran luas dan maju. Di kala generasinya berorientasi untuk jadi pegawai negeri, melanjutkan kenyamanan ala ambtenaar di masa kolonial, Teddy muda jauh dari arus tersebut. Ia memilih menjadi pegawai swasta, karyawan di perusahaan kimia multinasional, Union Carbide, hingga mencapai level tinggi sebagai kepala administrasi. Kursi empuk itu dengan gampang ia tinggalkan manakala ditantang untuk bergabung dengan Astra oleh dua nama besar di Astra, Theodore Permadi Rachmat dan si pemilik langsung, William Soeryadjaya.

Kuatnya visi dan upaya tak kenal lelahnya itu yang membuat Teddy si miskin di kala muda, berubah menjadi pemilik bisnis besar dalam naungan grup PT Trinugraha Thohir atau lebih dikenal dengan nama TNT. Perusahaan konglomerasi yang didirikan di Jakarta pada 1978 itu bergerak dalam bidang telekomunikasi, restoran dan property. Nama TNT sendiri justu terkesan tersaput anak-anak usahanya sendiri, yakni PT Adaro Enegry Tbk (ADRO), PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA), Grup Wahana Artha yang memiliki PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF/WOM Finance), serta beberapa rumah makan seperti  Hanamasa, Pronto, dan Yakun Kaya Toast.

Di sektor properti, TNT sering diberitakan merupakan pemilik perumahan mewah Taman Laguna, Cibubur Residence, Permata Kranggan, Taman Arcadia Mediterania, Permata Arcadia Cimanggis, dan Hotel Amaris di Bogor.

Tapi Etho dikenal publik tidak karena nama-nama perusahaan tersebut. Etho sepertinya berhasil melunaskan keinginan sang ayah untuk menjadi seorang yang mandiri. Memang itulah alasan Teddy menyekolahkan Btho dan Etho ke luar negeri. “Agar mereka bisa survive dan mampu mengatasi masalah karena nantinya akan berada di tengah-tengah bangsanya sendiri,”kata Teddy, seperti dikutip sebuah artikel di Republika. Ayah yang tak hanya bangga, namun juga tampaknya puas di saat kepulangannya menghadap Ilahi pada dini hari 1 November enam tahun lalu, pada usia 81.

Etho punya cara sendiri untuk meraih sukses hingga menjabat menteri BUMN dalam kabinet Jokowi saat ini. Dua jalur upaya yang dijalankannya secara paralel, yakni—katakan saja–jalur olahraga dan jalur media.

Di jalur olahraga, Etho memulainya dari apa yang menjadi hobinya saat muda, bola basket. Kegilaannya akan olahraga itu membuatnya bersama Radityo Gambiro dan mantan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mendirikan klub liga Kobatama, Satria Muda, pada 1993. Kiprahnya di bola basket itu bahkan membuat Etho pernah menjabat ketua umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PERBASI) periode 2006-2010, dan Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama periode dari 2006 hingga 2019 lalu.

Di dunia bola basket, Etho pernah membuat langkah yang menggemparkan ketika membeli klub basket NBA asal Amerika Serikat, yakni Philadelphia 76ers dan klub sepak bola Major League Soccer AS, D.C. United, pada 2012. Manuvernya itu membuat Etho menjadi orang Asia pertama yang memiliki sebuah klub NBA.

Langkah Etho yang fenomenal ia lakukan setahun kemudian, di saat membeli mayoritas saham tim legendaris Liga Serie A Italia, F.C. Internazionale Milan atau Inter Milan.

Sebelumnya, karena dikenal aktif mendukung pengembangan olahraga, pada 2009, di saat pendiri Northstar Capital, Glenn Sugita, bergabung membesarkan klub sepak bola kebang-gaan warga Jawa Barat, Persib, Etho dilibatkannya untuk ikut duduk di jajaran manajemen ‘Maung Bandung’. Media saat itu bahkan menduga Etho turut membeli sebagian saham PT Persib Bandung Bermartabat, perusahaan yang menaungi Persib.

Dengan kesuksesannya menjadi komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade di London, 2012, pada 2016 Etho didaulat pemerintah Jokowi sebagai Ketua Indonesian Asian Games Organizing Committee (Inasgoc). Di bawah kepemimpinannya pula Asian Games 2018 di Jakarta sukses digelar.

Belum lagi Etho pun punya mesin lain, yakni jalur media yang terus ia jalankan. Jalur itu dimulai  dengan mendirikan Grup Mahaka bersama dengan M. Lutfi, Wisnu Wardhana (penerus Grup Indika), dan Raden Harry Zulnardy, temannya satu kampus di Glendale. Awalnya bergerak di bisnis perdagangan dan periklanan. Sebagai ayah yang baik, Teddy mendukungnya dengan mengenalkannya pada jaringannya yang kuat. Konon, lewat jaringan sang ayah ini Etho berguru bisnis media kepada pendiri Grup Kompas-Gramedia, mendiang Jakob Oetama, serta pemilik Grup Jawa Pos saat itu, Dahlan Iskan.

Lewat Mahaka inilah Etho mengakuisisi PT Abdi Bangsa, pemilik surat kabar khalayak Muslim, Republika, pada akhir 2000. Dua tahun kemudian Abdi Bangsa mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dengan kode saham ABBA, dan Republika berada di bawahnya dengan nama PT Republika Media Mandiri. Pada Juni 2019, pemegang saham ABBA terdiri dari PT Beyond Media 57,81 persen, Peak Holdings Luxembourg SARL 10,27 persen, M. Lutfi 5,71 persen, dan publik 26,21 persen.

Dengan mesin Mahaka Media pula Etho dan kawan-kawan mengambil alih Sin Chew-Harian Indonesia, membangun JakTV, stasiun radio Prambors FM, FeMale Radio, GEN 103.1 FM Surabaya, HOT 93.2 FM, Most Radio 105.8 FM, KIS 95.1 FM, dan Mustang 88.0 FM. Lima nama terakhir itu tergabung dalam PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI), yang juga melantai di bursa sejak 2016.

Tak cukup itu, Etho juga merupakan perwakilan dari Grup TNT yang memiliki 0,79 persen saham di PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), dan sempat menjadi pimpinan di anak usaha VIVA yaitu PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) yang memiliki TV One dan ANTV.

Resultante dua jalur kerja itulah yang membuat nama Etho tinggi melambung. Wajar bila pada 7 Setember 2018, setahun sebelum Pilpres 2019, Etho terpilih sebagai ketua Tim Kampanye Nasional (TKM) Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Padahal, kalau urusannya kedekatan, dia terkenal sangat dekat dan berkawan sangat akrab dengan calon wakil presiden di kubu seberang saat itu, Sandiaga Solahuddin Uno. Setelah kemenangan Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019, jalan Etho masuk kabinet pun selapang jalan tol baru yang belum diresmikan.

***

Sebagai pengusaha yang tentu akrab dengan kebiasaan kaizen (pembaruan berkelanjutan) para pengusaha Jepang, rasanya ganjil kalau Etho puas dengan kursi menteri sebagai karir puncaknya di pemerintahan. Apalagi, namanya banyak disebut sebagai calon pilihan publik paling kuat untuk posisi orang nomor dua di republik ini.

Survey terakhir yang digelar lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Etho disebut memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon wakil presiden. Pada hasil survey SPIN, Etho bertengger di tempat pertama dengan elektabilitas sebesar 19,2 persen. Sementara Gubernur Ridwan Kamil dan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), berada di bawahnya dengan elektabilitas sebesar 16,1 persen dan 4,1 persen.

Menurut Direktur Eksekutif SPIN, Igor Dirgantara, tingginya elektabilitas Etho itu juga didorong adanya kedekatan hubungan yang dimilikinya dengan Presiden Jokowi. Bahkan, kata Igor, saat ini Etho merupakan menteri terbaik dan andalan Presiden. “Selain kedekatan dengan Presiden Joko Widodo, kinerja di BUMN juga menjadi faktor tingginya elektalibitas Erick Thohir,”kata Igor.

Meski soal dampak kedekatan tersebut kepada elektabilitas Etho harus dibuktikan dengan cara saintifik, kedekatan itu sendiri tampaknya susah dibantah. Paling tidak, kedekatan itu dibuktikan kebersamaan Etho bersama putra Jokowi, Kaesang Pangarep, dalam jajaran pemilik dan manajemen baru Persis Solo sejak tahun lalu. Belum lagi bukti tak terbantahkan, yakni diangkatnya Etho oleh keluarga Presiden menjadi panitia pernikahan Kaesang dengan Erina Gudono, baru-baru ini.

Hingga saat ini, Etho memang masih menampilkan sikap kurang peduli urusan pencapres tersebut. Kepada Kompas.com ia pernah mengatakan, dirinya masih memprioritaskan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi. Soal, apresiasi masyarakat melalui, antara lain, deklarasi dan survey, tentu bukan hal yang bisa dilarang olehnya. “Kalau apresiasi masyarakat dan lembaga-lembaga yang lakukan riset, masak saya larang? Itu juga bagian dari check and balances, apakah kinerja kita baik atau tidak, tanpa menutup mata kita jadi ambisi buta,” kata Etho.

Namun lebih mungkin bila Etho yang mengaku selalu mengingat pesan mendiang ayahnya itu memang akan mengambil amanah besar tersebut pada saatnya. Kepada ayah dari Mahatma Arfala Thohir, Mahendra Agakhan Thohir, Makayla Amadia Thohir, dan Magisha Afryea Thohir, itu Teddy memang pernah berpesan,”Jaga nama baik, karena itu yang utama.” Dan mengambil amanah berat sebagai pemimpin, sejatinya merupakan jalan untuk senantiasa menjaga nama baik. [ ]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button