Market

Smelter Freeport Molor, Bea Cukai Ancam Tarif Bea Keluar Lebih Mahal

PT Freeport Indonesia berpotensi akan membayar bea keluar yang lebih mahal saat ekspor tembaga bila tahun 2023 ini proyek smelter tidak kunjung selesai.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sudah geregetan dengn pemberian bea keluar yang rendah, sebagai kebijakan potongan bagi perusahaan yang sedang membangun smelter.

“Jadi pemerintah mengharapkan penyelesaian smelter itu yang tertunda dari harusnya Juni-Juni ini kita selesaikan. Kita dapat mengupayakan kalau bisa diselesaikan akhir 2023,” ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Askolani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (24/7/2023).

Kelonggaran Kemenkeu mengacu pada terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 71 Tahun 2023 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Pada pertengahan Juni 2023 lalu, Kementerian ESDM memberikan kelonggaran ekspor untuk komoditas tembaga besi, timbal atau seng hingga 31 Mei 2024. Alasannya karena kemajuan pembangunan smelter PT Freeport sudah lebih dari 50 persen.

Askolani menjabarkan, melalui PMK tersebut maka tarif bea keluar (BK) untuk konsentrat tembaga didasarkan pada kemajuan fisik pembangunan smelter. Oleh karena itu, dirinya mengingatkan Freeport Indonesia untuk bisa menyelesaikan pembangunan smelter pada akhir tahun ini.

Askolani menyebut, aturan tarif bea keluar dalam PMK 71/2023 juga telah mengakomodir usulan Freeport untuk mendapatkan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga 2024. Namun, konsekuensinya adalah pemerintah mengenakan tarif bea keluar yang semakin mahal.

“Penetapan bea keluar baru didasarkan time table Juli-Desember. Kalau kemudian sesuai usulan Freeport mereka minta excuse April-Mei (2024), maka pemerintah membuat lapisan bea keluar lebih tinggi,” katanya.

Dalam aturan yang berlaku mulai 17 Juli 2023 ini, pemerintah menetapkan besaran tarif atau bea keluar dari produk hasil pengolahan mineral logam, berdasarkan kemajuan fisik pembangunan smelter minimal mencapai 50%.

PT Freeport Indonesia membangun pabriknya di Kawasan Industri Gresik JIIPE. Pabrik smelter atau pengolahan konsentrat yang akan beroperasi sekitar bulan Desember 2023 nanti. Pabrik PT Freeport Indonesia di Kawasan Industri Gresik JIIPE ini akan mengolah 2 hingga 3 juta konsentrat yang dipasok dari Kabupaten Mimika, Papua dengan kapasitas produksi pabrik smelter PT FI di Kawasan Industri Gresik JIIPE mencapai 550.000 ton katoda.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button