News

Anies di Australia: Berhenti Menilai Saya Hanya dengan Asumsi

Berada di Australia pekan ini sebagai tamu pemerintah Albanese, Anies Baswedan telah melangsungkan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri, Penny Wong, dan Gubernur Reserve Bank, Philip Lowe–orang yang jarang mau menemui siapa pun gubernur negara bagian sebuah negara yang mengunjungi Australia.

Editor politik internasional The Sydney Morning Herald dan The Age, Peter Hartcher, menilai Anies memiliki posisi yang baik untuk kontes Pilpres mendatang. “Setelah sukses lima tahun sebagai gubernur Jakarta, peringkat penerimaan publiknya berada di tingkat atas yang terkelompok rapat dari tiga kandidat potensial,”tulis Hartcher dalam sebuah tulisan pendek di SMH.

“Analis Indonesia menilai dia sebagai salah satu dari dua kandidat yang paling mungkin bertahan untuk bersaing dalam pemilihan presiden dari sebuah negara dengan kekuatan paling penting di Asia Tenggara. Dia seorang independen tetapi telah memenangkan dukungan awal dari tiga partai besar, termasuk dari mantan presiden dan pensiunan jenderal Susilo Bambang Yudhoyono,” Hartcher menambahkan.

Ia juga melihat, bahwa “mantan rektor universitas yang santun itu” ingin menyingkirkan hantu kampanye gubernurnya tahun 2017, yang oleh Jakarta Post digambarkan sebagai “yang paling kotor, paling terpolarisasi, dan paling memecah belah bangsa yang pernah ada”.

Sayangnya, kepala Hartcher masih dipenuhi sekian banyak asumsi buruk yang datang dari –tampaknya—kekurangcermatannya mencermati Indonesia, terutama politik dalam negerinya selama ini. Itu terlihat jelas ketika ia menulis,”Dosanya adalah memainkan kartu agama, bersekutu dengan (kalangan) Islamis untuk menjelekkan saingan Kristennya. Saingannya berakhir di penjara atas tuduhan penistaan agama yang meragukan.”

Tampaknya Hartcher sepenuhnya mengamini Indoesianis dari Australia, Greg Fealy, yang disebutnya “seorang otoritas ANU tentang politik Indonesia”. Ia mengutip Fealy yang mengatakan,”Baswedan, seorang Muslim, seperti 90 persen dari populasi nasional, “bergabung dengan kalangan Islamis dan mengembangkan Islamis.”

Namun ia masih cukup adil ketika melanjutkan kutipannya dengan menyutat Fealy yang setelah mengaku mengenal Anies selama bertahun-tahun, menyatakan, “Saya tidak berpikir dia pada dasarnya adalah seorang Islamis, tetapi meskipun demikian dia melakukan apa yang dia lakukan–dia menggunakan Islamis untuk memenangkan kekuasaan dengan cara yang memecah belah. Dia mengalami kerusakan reputasi, khususnya di komunitas minoritas dan komunitas internasional.”

Anies, mantan gubernur Jakarta, kota nomor dua dalam populasi setelah Tokyo, dalam kesempatan kunjungannya ke Australia itu melakukan beberapa wawancara. Kepada The Age dan the Herald,  Anies berkata tegas, meminta mereka bersikap adil. “Saya meminta publik, komunitas internasional untuk berhenti menilai saya berdasarkan asumsi dan benar-benar menilai berdasarkan kenyataan.”

“Bisakah Anda melihat bukti tuduhan itu? Apakah Anda melihat penggerebekan di bar dan klub? Anda melihat dalam lima tahun terakhir? Tidak ada. Apakah Jakarta mengalami ketegangan? Jakarta telah damai dalam lima tahun terakhir,”kata Anies.

“Apakah komunitas minoritas merasa diperlakukan sama? Jika saya boleh memberi Anda beberapa ilustrasi, tidak pernah dalam sejarah Indonesia bahwa pada bulan Desember Anda bisa mendengar lagu-lagu Natal di jalan-jalan utama kami, pohon Natal besar” di Jakarta Pusat,”dia menambahkan.

Anies juga menegaskan, di saat menjabat, pemerintahnya memberikan dukungan untuk anggaran operasional setiap agama di Jakarta. Pemerintahnya memberikan izin bangunan kepada tiga puluh gereja Kristen. Beberapa telah menunggu 30 tahun untuk bisa disetujui.

Fealy membenarkan itu. “Memang benar, dia berusaha keras untuk menjadi gubernur yang pluralis. Dia bertemu dengan minoritas dan memberi mereka akses ke fasilitas pemerintah. Dia berusaha ekstra keras untuk menghapus citra pengacau Islam.”

Bagaimanapun, menurut Hartcher, “sebuah negara berpenduduk seperempat miliar orang di utara langsung yang dipimpin oleh pengacau Islam, dari sudut pandang Australia, akan menjadi mimpi buruk keamanan dan politik”.

Karena itu, kata dia, dunia harus lebih dulu percaya bahwa Anies Baswedan adalah karakter yang benar-benar direformasi. Percaya, dan terverifikasi. [Sydney Morning Herald]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button