News

Prestasi, Jiwa Kepemimpinan, dan Takdir Anies Menjadi Pemimpin

Siapa tak kenal dengan Anies Baswedan. Ia saat ini menjadi satu-satunya tokoh yang sudah dideklarasikan sebagai bakal calon Presiden 2024. Pemilik nama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu selama ini dikenal sebagai akademisi, aktivis sosial dan pendidikan hingga mantan Gubernur DKI Jakarta.

Cucu dari Pahlawan Nasional Abdurrahman Baswedan itu juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Nama Anies Baswedan mulai dikenal publik ketika menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina periode 2007-2015. Istimewanya, ketika itu Anies tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia dengan usia 38 tahun.

Sejak masih remaja hingga saat ini, sosok Anies Baswedan memang sudah menjadi perhatian publik. Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969, itu memiliki segudang prestasi hingga tingkat internasional.

Prestasi yang ditorehkan Anies sudah dimulai sejak masa remaja. Cemerlangnya prestasi Anies tentunya tak lepas dari peran kedua orang tuanya. Sang Ayah, Rasyid Baswedan, merupakan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, sedangkan Ibunya, Aliyah, adalah Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Anies, yang tumbuh di tengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi pendidikan dan adab, diakui oleh semua teman-temannya semasa sekolah hingga perguruan tinggi, memiliki jiwa kepemimpinan yang menonjol.

Bahkan ketika masih siswa SMP, jiwa kepemimpinan Anies sudah terlihat di antara teman-temannya. Teman akrab Anies di SMP 5 Yogyakarta, Kawuryan mengungkapkan Anies pernah memimpin suatu kegiatan sekolah yang pesertanya mencapai ratusan siswa. Hal yang membuat Kawuryan heran sampai saat ini adalah saat masih berusia belasan tahun Anies sudan mampu menggelar acara sekolah yang melibatkan banyak orang.

“Waktu SMP, Anies, saya dan teman-teman OSIS pernah bikin acara sepedaan yang melibatkan ratusan siswa, rutenya dari SMPN 5 Yogyakarta sampai daerah Bibis dekat Museum Soeharto,” kenang Kawuryan belum lama ini, seperti dikutip dari KBANews. Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun semasa SMP.

Jiwa kepemimpinan Anies semakin terasah ketika duduk di bangku SMA. Anies yang sejak remaja oleh teman-temannya dikenal cerdas dan visioner, tak heran saat bersekolah di SMA 2 Yogyakarta terpilih sebagai Ketua OSIS. Sjamsiar Agustin, seorang teman akrab Anies di SMA 2 Yogyakarta, menyebut Anies sebagai seorang Ketua OSIS sangat sabar mendengarkan dan mengikuti jalan pikiran orang lain. Anies juga punya pendirian dan tegas saat berseberangan atau beda pendapat, namun juga pandai membuka diri, menghargai orang lain, dan membimbing.

Ketika aktif di OSIS, Anies mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 pelajar Ketua OSIS seluruh Indonesia. Di kegiatan tersebut, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS seluruh Indonesia pada 1985.

Semasa bersekolah di SMA unggulan itu, Anies pun terpilih menjadi peserta pertukaran antarbudaya Amerika Serikat – Indonesia, American Field Service atau AFS pada 1987. Hanya siswa pilihan yang bisa menjadi peserta program antarbudaya internasional ini. Saat mengikuti program pertukaran pelajar AFS, Anies tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin.

Prestasi besar semasa remaja juga dicatatkan Anies sekembalinya dari Amerika ke Yogyakarta. Anies terpilih menjadi reporter remaja “Tanah Merdeka”, sebuah program Stasiun TVRI Yogyakarta, yang ketika itu menjadi acara unggulan di era 1980-1990. Program acara ini secara khusus mengupas tokoh-tokoh Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

Adalah Koestilah, Pengelola Program “Tanah Merdeka” TVRI, yang sudah membaca bakat besar Anies Baswedan sebagai pemimpin sejak pelajar SMA di Yogyakarta. Ia yang pertama kali menyadari Anies memiliki kualitas di atas rata-rata dan bakal menjadi pemimpin bangsa ini.

Anies ketika itu mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional. Tak tanggung-tanggung, ia saat itu mengusulkan untuk mewawancarai Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ibu Tien Soeharto, dan Presiden Soeharto.

“Anies Baswedan ini sok tau. Dia usulkan untuk wawancara Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ibu Tien Soeharto, dan Presiden Soeharto, ya pasti susah. Dan semua ini adalah gagasan-gagasannya dan semuanya sulit untuk diwawancarai,” kata Koestilah dalam sebuah acara talk show belum lama ini.

“Semuanya sulit, kan waktu itu eranya tidak seperti sekarang. Wawancara pejabat susahnya kayak apa, dan alhamdulillah bisa semua. Inilah yang saya lihat anak ini ditakdirkan untuk jadi pemimpin,” lanjut Koestilah, yang menjadi salah satu sosok di balik keberhasilan Anies kelak.

Tak hanya berprestasi, Anies sejak masih remaja juga dikenal teman-temannya sebagai sosok yang disiplin, bertanggung jawab, dan seorang muslim yang taat. Di tengah kesibukannya beraktivitas di organisasi, Anies tidak melupakan salat lima waktu. “Dari sisi seorang muslim, Anies adalah imam salat yang baik. Bahkan bacaan Al Fatihahnya sangat menyentuh hati membuat saya menangis,” kenang Sjamsiar yang juga menyebut kehidupan Anies sebagai muslim bukan sekadarnya.

Selepas SMA, Anies yang berhasil masuk di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 1989, tetap aktif berorganisasi dengan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anies yang ketika itu menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM, juga menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa setelah dibekukan oleh Kemendikbud.

Di kampus bergengsi ini, Anies terpilih menjadi Ketua Senat Universitas melalui kongres pada 1992 dan membuat sejumlah gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan. Ia membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif dan memposisikan Senat sebagai lembaga legislatif yang disahkan oleh kongres pada 1993. Semasa di bangku kuliah ini, Anies juga kerap berdemonstrasi, salah satunya turut menginisiasi unjuk rasa melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah atau terkenal dengan singkatan SDSB pada November 1993.

Sebelum lulus UGM pada 1985, Anies berhasil memperoleh beasiswa dari Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di  Universitas Sophia, Tokyo, dalam bidang kajian Asia. Setelah lulus S1,

Ayah empat orang anak ini meneruskan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, Universitas Maryland pada 1997, yang juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus tahun 1998.

Setelah lulus dari Maryland, pada 1999 Anies kembali meraih beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University. Di sini, Anies kembali memperoleh beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada 2004, dan lulus pada 2005.

Banyak segudang prestasi dan jiwa kepemimpinan yang telah dicontohkan dari sosok Anies untuk menjadi inspirasi pemuda Indonesia. Kini, di usia 53 tahun, pencetus Gerakan Indonesia Mengajar dan penggagas Gerakan TurunTangan itu telah menyatakan kesiapannya pada 16 September 2022 untuk dicalonkan sebagai calon Presiden pada Pemilu Presiden 2024.

Berhasilkah Anies menuju puncak negeri, menjadi orang nomor satu di Republik ini? Seperti yang diucapkan Koestilah ketika pertama kali menyadari Anies memiliki kualitas di atas rata-rata dan bakal menjadi pemimpin bangsa ini.

Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-94. Selamat memperjuangkan nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda. Selamat menyongsong perubahan!

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button