Market

Pakar ITB: BBM Oktan Tinggi Bikin Irit Biaya Perawatan Kendaraan

Pakar energi ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengingatkan, pentingnya penggunaan bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi. Selain ramah lingkungan, BBM beroktan tinggi seperti Pertamax series bikin awet mesin. Alhasil, biaya perawatan semakin murah alias irit.

“Termasuk di antaranya kendaraan berteknologi artificial intelligence (AI), bahkan low cost green car (LCGC), bagusnya menggunakan BBM beroktan tinggi,” kata Tri, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Kendaraan berteknologi AI, kata Tri, memiliki kemampuan menyesuaikan yang cukup oke. Namun, ketika pengendaranya menggunakan BBM berganti-ganti oktan, bakala da dampaknya. Penyesuaian terjadi karena kendaraan pintar tersebut, melakukan setting otomatis terhadap ignition timing.

Namun demikian, Tri mengingatkan, kendaraan canggih berteknologi AI, tetap saja memiliki batas toleransi. “Semua ada range kerjanya. Misal, kendaraan dengan AI disetel agar bisa menggunakan BBM antara beroktan 92-95. Ketika diberi BBM beroktan di bawahnya, maka akan terjadi detonasi. Dan kalau dipaksa terus-menerus bisa membuat piston jebol, bolong. Karena terlalu sering detonasi,” kata Tri.

Begitu pula LCGC, seperti Brio, Ayla, dan sejenisnya. Tri mengingatkan, pabrikan merekomendasikan BBM beroktan tinggi, atau Pertamax series. Melalui BBM beroktan tinggi, konsumsi BBM bisa lebih hemat. “Jika menggunakan BBM oktan rendah, maka konsumsi bahan bakarnya tidak sampai 20 kilometer per liter. Sehingga emisinya tidak green,” kata dia.

Tri mengatakan, BBM dengan kadar oktan rendah bisa memberikand ampak buruk kepada performa kendaraan. Termasuk menyebabkan knocking, atau detonasi yang ditandai dengan suara ‘ngelitik’.

“Misal pakai Avanza diisi BBM oktan rendah, jalan di Jakarta yang macet sekitar pukul 14.00 WIB. Karena mobil manual, pengendara malas oper persneling dan terus masuk gigi dua. Akan terdengar suara ngelitik,” imbuh Tri.

Tak kalah penting, kata dia, BBM oktan tinggi lebih ramah lingkungan. Pertamax series, misalnya, mengurangi pelepasan karbon-monoksida dan karbon-dioksida ke udara yang menciptakan efek gas rumah kaca.

Sedangkan BBM oktan tinggi menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, sehingga mengurangi emisi. Alhasil, kendaraan ‘tua’ pun akan melakukan setting ulang, sesuai dengan BBM oktan tinggi.

“Karena pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O atau air kan.  Nah, jadi kalau ingin CO2 turun maka harus gunakan oktan tinggi,” pungkas Tri. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button