Market

10 Startup Social Commerce di Indonesia Selain TikTok Shop

Bagi sebagian masyarakat, pandemi COVID-19 menjadi tahun terburuk dalam hidupnya. Terlebih lagi pada saat itu banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat loyonya pergerakan ekonomi selama 2 tahun itu.

Mereka yang terdampak berusaha kerasa melakukan berbagai upaya demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Akhirnya, satu per satu dari mereka mulai beralih menjadi pedagang melalui platform e-commerce dan media sosial.

Sekarang korban terdampak PHK mulai sejahtera berkat jualan online. Di sisi lain, pedagang Tanah Abang masih menangis dan belum bisa merasakan kesejahteraan seperti yang dirasakan mereka setelah pandemi.

Seperti yang kita tahu, Tanah Abang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Kota Jakarta. Dulu, setiap menjelang lebaran atau akhir tahun, hampir semua masyarakat Jabodetabek berkunjung ke tempat ini untuk membeli baju baru.

Tapi itu semua tinggal kenangan. Tanah Abang yang dulu ramai dan padat berubah menjadi sepi.

Hampir semua etalase kosong disana. Sekarang semua orang senang belanja online karena produk yang dijual di sana relatif lebih murah.

Selain warga lokal, dulu pedagang Tanah Abang sering dikunjungi oleh pembeli luar negeri dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, dan Singapura.

Meski jalur internasional sudah dibuka, hingga saat ini pedagang Tanah Abang masih belum kedatangan pembeli dari mancanegara tersebut.

Pengelola Pasar Tanah Abang Blok A, Heri Supriyatna menduga bahwa hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi negara tetangga masih belum pulih sehingga mereka belum berkunjung lagi ke Indonesia.

Mengetahui hal tersebut, banyak pakar bisnis dan marketing Indonesia menyarankan para pedagang offline di Tanah Abang harus mengikuti tren untuk bisa mendapatkan pasar kembali. Salah satunya adalah berjualan di social commerce secara live streaming.

Apa Itu Social Commerce?

Social commerce adalah platform media sosial yang menyediakan fitur jualan produk atau layanan secara langsung. Singkatnya, masyarakat tidak perlu lagi mengunduh banyak aplikasi lain untuk melakukan pembelian secara online.

Mereka bisa menggunakan satu aplikasi media sosial untuk mencari barang atau produk yang mereka butuhkan dengan cepat.

Uniknya lagi, para penjual berlomba-lomba mengunggah foto atau video berupa cara pemakaian dan manfaat dari barang yang mereka jual. Jadi pembeli yang melihatnya bisa langsung membeli barang tanpa perlu bertanya-tanya lagi di kolom komentar.

Daftar Social Commerce di Indonesia

Saat ini salah satu social commerce yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia adalah TikTok Shop.

Namun pemerintah mulai merasa resah dengan keberadaan social commerce ini karena dapat mematikan industri bisnis di Indonesia.

Untuk mengantisipasi adanya pemberhentian akses, berikut 10 daftar social commerce buatan Indonesia yang bisa Anda pakai untuk berjualan:

1. Berkahi

Berkahi adalah salah satu social commerce di Indonesia
Berkahi adalah salah satu social commerce di Indonesia  (Photo:medcom.id)

Berkahi adalah social commerce berbasis syariah yang didirikan pada November 2021 oleh tiga co-founder, yaitu Rowdy Fatha (CEO), Turina Farouk (CTO), dan Andre Raditya Makmur (CMO).

Sesuai dengan konsepnya, platform ini diperuntukkan untuk pelaku bisnis dan konsumen yang mencari rekomendasi produk halal dari dalam dan luar negeri.

Platform ini menyediakan layanan yang hampir sama seperti e-commerce pada umumnya, layanan penjembatan penjual dengan pembeli, platform pemasaran produk jualan, layanan fasilitas gudang, dan layanan pengemasan dan pengiriman barang kepada konsumen.

2. Dagangan

Dagangan (Photo: Webhouzz)
Dagangan (Photo: Webhouzz)

Dagangan adalah startup social commerce Indonesia yang didirikan oleh Wilson Yanapresetya dan Ryan Manafe di tahun 2016 di Magelang, Jawa Tengah.

Platform ini fokus mengarah belanja sembako online grosir atau eceran yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok.

Menariknya lagi, Dagangan menggunakan sistem bisnis dengan model hub-and-spoke atau pusat pengadaan kebutuhan pokok ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan dalam operasional bisnisnya.

3. Dusdusan

CEO Dusdusan
CEO Dusdusan (Photo: duta.co)

Startup yang berdiri pada Desember 2014 ini pertama kali hadir dengan model B2B yang menyasar reseller besar dan korporasi. Sayang, respon pasar pada saat itu kurang baik sampai akhirnya mereka tutup sementara.

Satu tahun kemudian atau tepatnya pada Februari 2015, startup yang didirikan oleh Christian Kustedi dan Ellies kembali hadir dengan branding dan inovasi yang baru.

Sekarang mereka menggunakan model bisnis yang lebih fleksibel, yaitu sistem reseller dan dropship tanpa target atau poin yang harus dipenuhi.

Sekarang Dusdusan sudah punya lebih dari 250.000 reseller dari seluruh Indonesia. Sampai sekarang siapapun bisa menjadi reseller dan mencari penghasilan sampingan tanpa modal dan banyak tenaga bersama Dusdusan.

4. Woobiz

Woobiz (Photo: youngster.id)
Woobiz (Photo: youngster.id)

Woobiz adalah social commerce Indonesia yang didirikan oleh Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Joshua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018.

Awalnya platform ini fokus untuk memberdayakan wanita di Indonesia untuk berbisnis dan mencari penghasilan tambahan secara mandiri.

Tapi sekarang, Woobiz mulai mengembangkan sayap dan mengincar semua kalangan dengan moto #WeEmpowerEveryone.

5. Evermos

Evermos, adalah social commerce di Indonesia
Evermos, adalah social commerce di Indonesia (Photo: investing.com)

Evermos adalah social commerce reseller yang menjual berbagai macam produk-produk muslim yang didirikan oleh Ghufron Mustaqim dan teman-temannya di tahun 2018.

Untuk menarik kepercayaan, Evermos berkolaborasi dengan merek-merek besar untuk membangun jaringan penjualan dan menarik perhatian para reseller Indonesia untuk bekerja sama dengan mereka.

Platform ini menawarkan layanan yang begitu menarik bagi pelaku UMKM kecil hingga ibu rumah tangga yang hanya punya modal smartphone dan dana terbatas.

6. Super

Social Commerce Super
Social Commerce Super (Photo: Katadata)

Super merupakan platform jaringan agen untuk mendistribusikan sembako dan kebutuhan pokok di wilayah terpencil di seluruh Indonesia.

Startup ini didirikan oleh Steven Wongsoredjo dengan visi misi membangun jaringan logistik berbiaya rendah dan memfasilitasi komunikasi antara agen dengan pembeli melalui media sosial seperti Instagram dan WhatsApp.

Maka dari itu, Super berusaha semaksimal mungkin untuk membuat jalur distribusi barang-barang produknya hingga bisa mendarat ke daerah pelosok yang sangat sulit dijangkau dengan harga yang bersahabat.

7. Credimart

Credimart
Credimart (Photo: Dailysocial)

Credimart adalah startup digital dibuat oleh Gabrian Fans  (CEO), Christian Lie (COO), Dekha Anggareska (CTO) pada tahun 2021.

Platform ini fokus menghubungkan supplier dan warung-warung kecil dengan tiga dukungan utama:

  1. Memberikan kemudahan toko grosir konvensional untuk menerima pesanan dan manajemen stok dagang, meningkatkan pelanggan ritel baru secara online, dan meningkatkan pengalaman berbelanja grosir secara online.
  2. Memberikan dukungan logistik berupa pengambilan dan pengantaran barang dari toko grosir ke peritel dengan mudah.
  3. Fleksibilitas metode pembayaran, terutama untuk toko-toko dengan modal terbatas.

8. Raena

Raena
Raena (Photo: Xendit)

Raena adalah platform dropship khusus untuk produk kecantikan yang didirikan oleh Sreejita Deb di tahun 2018.

Platform ini pertama kali fokus memasarkan produk kepada pengguna Instagram berjenis kelamin wanita.

Untuk mencuri hati banyak reseller, Raena fokus menyediakan produk-produk kecantikan dan perawatan kulit dari berbagai negara yang sangat diminati oleh masyarakat, mulai dari Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Rata-rata reseller yang bekerja sama dengan Raena merupakan mahasiswa, ibu rumah tangga, dan kelompok lain yang ingin menambah penghasilan dari jualan online.

Menariknya lagi, Raena memberikan layanan pembelian produk eceran dengan harga yang kompetitif dan kemudahan distribusi yang sangat dibutuhkan oleh reseller yang bekerja sebagai karyawan perusahaan.

9. IbuSibuk

IbuSibuk adalah social commerce di Indonesia untuk ibu rumah tangga
IbuSibuk adalah social commerce di Indonesia untuk ibu rumah tangga (PhotoL IbuSibuk)

IbuSibuk adalah platform jasa influencer yang dibuat oleh Orami.

Platform ini membuka peluang bagi ibu-ibu rumah tangga di seluruh Indonesia untuk berperan sebagai influencer atau KOL yang berbagi pengalaman seputar suatu produk kepada followers-nya di media sosial. 

Tentunya, setiap konten yang dibuat dan dibagikan di media sosial, para ibu rumah tangga ini bisa mendapat komisi berupa uang tunai sesuai dengan engagement yang didapat.

10. Kita Beli

Kita Beli
Kita Beli (Photo: Media Asuransi)

KitaBeli adalah social commerce Indonesia yang didirikan oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore pada Maret 2020. 

Platform ini memberikan fasilitas pembelian barang kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya secara berkelompok atau team buying sehingga bisa membeli produk untuk mendapat penawaran menarik atau diskon melalui pengalaman belanja sosial dan gamified.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button