Kanal

Sosok Lettu Pierre Tendean, Jenazah Pertama yang Diangkat dari Lubang Buaya

Tragedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September 1965 atau sering dikenal sebagai G30S PKI masih terus dikenang oleh masyarakat Indonesia. Sebab aksi penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah perwira TNI masih membekas bagi keluarga masing-masing.

Usai peristiwa G30S PKI, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo turun ke lapangan untuk mencari jenazah para jenderal yang diculik saat itu. Tak butuh waktu lama, pasukan Sarwo Edhie menemukan sebuah sumur di wilayah Jakarta Timur yang kini disebut sebagai Lubang Buaya.

Sumur Lubang Buaya memiliki kedalaman sekitar 10 meter yang berisi jenazah para perwira tinggi Angkatan Darat korban penculikan dan pembunuhan Dewan Revolusi.

Jenazah korban G30S PKI tersebut kemudian dievakuasi pada 4 Oktober 1965. Proses evakuasi ini melibatkan Kesatuan Intai Para Amphibi (Kipam) Marinir.

Pengambilan jenazah sempat terkendala karena di dalam sumur Lubang Buaya itu mengandung gas beracun. Sehinga proses evakuasinya dilakukan secara perlahan dengan cara mengikat satu per satu korban ke luar sumur.

post-cover
Lettu Pierre Tendean – (Foto: Pinterest)

Jenazah pertama yang berhasil dievakuasi saat itu adalah Lettu Pierre Tendean. Dia merupakan perwiran TNI AD yang memilki darah campuran Belanda. Tendean juga merupakan ajudan dari Jenderal A.H Nasution.

Setelah Tendean, jenazah selanjutnya yang berhasil diangkat adalah Mayjen TNI S. Parman dan Mayjen TNI Suprapto dalam keadaan terikat. Selanjutnya satu per satu jenazah para perwira TNI itu berhasil dievakuasi dari Lubang Buaya. Sehingga total yang berhasil diangkat dari sumur tersebut sebanyak tujuh orang.

Lettu Pierre Tendean Punya Hobi Main Basket dan Voli

Dari sejumlah korban keganasan G30S PKI, nama Lettu Pierre Tendean banyak menjadi sorotan. Sebab sebenarnya disebut bukan menjadi target utama dalam peristiwa penculikan. Selain itu, status Tendean yang merupakan blasteran Belanda menarik untuk diungkap.

Tendean lahir dari pasangan Aurelius Lammert Tendean (AL Tendean) yang berdarah Minahasa dengan Maria Elizabeth Cornet yang keturunan Prancis-Belanda.

Semasa hidupnya, Tendean banyak menghabiskan masa kecilnya di Semarang sebelum memulai karier militer. Pria kelahiran 21 Februari 1939 juga dikenal sebagai sosok yang pintar dalam bidang akademik dan olahraga.

Tendean selalu mendapatkan nilai rapor memuaskan saat menginjak bangku sekolah. Dia juga memiliki hobi bermain basket dan voli. Dia juga tercatat tidak pernah tinggal kelas saat masih sekolah.

Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Semarang tahun 1958, Tendean memang sudah bercita-cita melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN). Namun saat itu orang tua Tendean menentangnya dan menginginkan dia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran atau Fakultas Teknik.

Daftar Fakultas Kedokteran UI dan ITB

Tendean akhirnya mengikuti keinginan orang tuanya. Hal ini dia buktikan dengan mendaftar diri ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan ITB. Namun saat bersamaan Tendean juga mendaftar masuk ke AMN.

Setelah mengikuti tes di Jakarta dan Bandung, Tendean ternyata tidak lulus masuk Fakultas Kedokteran. Setalah itu dia mengikuti tes di AMN dan dinyatakan lolos.

Pierre Tendean akhirnya diterima sebagai Taruna Akademi Militer Nasional tahun 1958. Kemudian ia memasuki Akademi Militer Jurusan Teknik (AKMIL JURTEK) atau Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) agar bisa melanjutkan kuliah ke Fakultas Teknik ITB.

Semasa menempuh pendidikan militer, Tendean aktif dalam kegiatan olahraga dan masuk dalam tim basket dan voli. Dia bahkan ikut serta dalam Pekan Olahraga Mahasiswa dan Pekan Olahraga Antar Korps Taruna.

Ia juga pernah dipilih sebagai Wakil Ketua Senat Korps Taruna. Meski begitu pendidikannya tetap berjalan dengan lancar.

Dari pendidikan Pierre Tendean di Akademi Militer Nasional, dirinya mulai fokus mengejar mimpinya di militer dan akhirnya karirnya pun cemerlang sejak lulus tahun 1962 dari ATEKAD dengan nilai memuaskan. Dirinya pun lulus dan dilantik sebagai Perwira Pertama dengan pangkat Letnan Dua (Lettu).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button