Hangout

Mitos dan Realitas dalam Perawatan Kulit di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, termasuk kepercayaan terhadap mitos. Dalam konteks perawatan kulit, mitos menjadi sebuah pedoman yang seringkali diikuti oleh masyarakat. Namun, apa jadinya jika mitos bertemu dengan ilmu pengetahuan?

Mitos dan kepercayaan tradisional kerap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia. Prof. Brian Cronk, dari Missouri Western State University, mengungkapkan bahwa keberadaan mitos muncul karena keinginan manusia untuk mencari alasan di balik berbagai peristiwa. Ini tergambar dalam berbagai kebiasaan perawatan kulit di Indonesia. Misalnya, memakan bengkoang untuk memutihkan kulit, atau menggunakan pasta gigi untuk menghilangkan jerawat.

Menurut survei dari MarkPlus Institute, permasalahan kulit menjadi fokus utama wanita Indonesia. Survei yang melibatkan 9,010 responden ini menunjukkan bahwa masalah wajah kusam (58,7%), komedo (57,1%), pori-pori besar (51%), dan kerutan (30,3%) menjadi perhatian utama. Hal ini menandakan bahwa ada kebutuhan nyata untuk solusi perawatan kulit yang efektif dan berdasarkan fakta ilmiah.

Erha Ultimate hadir sebagai solusi dalam dunia perawatan kulit di Indonesia. Dengan lebih dari 24 tahun pengalaman, Erha Ultimate berkomitmen untuk memberikan pendidikan dan solusi berbasis ilmu pengetahuan. Melalui kampanye #NyatanyaERHAterNyata, Erha menawarkan fakta sebagai pengganti mitos yang beredar di masyarakat. Lebih dari 24 juta masalah kulit telah ditangani oleh hampir 500 dokter dermatologi dari ERHA.

Erha Ultimate terus berekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perawatan kulit dan rambut. Melalui inovasi dan peningkatan kualitas pelayanan, Erha membantu masyarakat mencapai #SkinGoals dan #HairGoals dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan terpercaya.

Dengan demikian, Erha Ultimate menjadi jembatan antara mitos dan ilmu pengetahuan dalam dunia perawatan kulit di Indonesia. Kini, masyarakat bisa membuat keputusan berdasarkan fakta dan penelitian, bukan sekadar mitos atau kepercayaan yang turun-temurun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button