Market

Kemendag: Surplus Perdagangan RI dengan ASEAN Capai Rp173 Triliun

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat kinerja positif ekspor nonmigas Indonesia sepanjang tahun 2022. Tercatat, neraca perdagangan dengan kawasan ASEAN mengalami surplus sebesar US$11,3 miliar. Angka ini setara dengan Rp173 triliun.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga di sela-sela pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM) Retreat Ke-29. Jika dikalkulasikan, kata dia, total perdagangan Tanah Air dengan kawasan ASEAN mencapai angka US$111,7 miliar.

“Dari data yang kami terima di sini total per dengan kita dengan negara ASEAN itu 111,7 miliar dolar AS  di tahun 2022, ekspor kita 61,5 miliar dolar AS, impor kita 50,2 miliar dolar AS, berarti surplus di atas US$11,3 miliar,” ujar Jerry kepada awak media di Magelang, Rabu (22/3/2023).

Lebih dari itu, kata Jerry, surplus RI dengan negara di ASEAN terbilang konsisten selama lima tahun terakhir.  Bahkan cenderung tidak pernah turun, kecuali dengan dua negara yakni Thailand dan Laos yang menurut dia Indonesia masih terbilang defisit.

“Yang ingin saya sampaikan dari 9 negara anggota ASEAN selain Indonesia, kita cuman sedikit ada defisit dengan Thailand, dan juga dengan Laos. Yang lainnya semua kita selalu surplus,” katanya.

Untuk memperkuat posisi perdagangan ekonomi Indonesia di ASEAN termasuk juga mencapai surplus dengan Thailand dan Laps, Jerry menyebut, pemerintah akan mengoptimalkan kerangka kerja sama yang sudah diteken dengan jumlah 27 perjanjian.

Kemendag fokus di ASEAN dengan 27 perjanjian yang sudah diteken. Ratifikasi implementasinya di kegiatan ini menjadi modal dagang Indonesia.

“Ini untuk sekaligus memperlihatkan kepada dunia internasional sebagai ketua ASEAN dengan size yang besar dan aset-aset yang kita miliki. Secara kemampuan perdagangan saya rasa kita bisa memperlihatkan peran kita yang strategis dengan membuat ASEAN sebagai organisasi yang vital,” tutur dia.

Sebelumnya, Deputi bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS), Habibullah menyampaikan, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan Thailand mengalami defisit pada Januari 2023, sebesar US$398,8 juta.

Faktor pemicu perdagangan Indonesia-Thailand mengalami defisit adalah nilai ekspor yang hanya US$496,2 juta. Sedangkan nilai impornya US$895 juta.

Terjadinya defisit perdagangan dengan Thailand, karena Indonesia kalah daya saing untuk komoditas gula dan kembang gula yang minus US$201 juta, plastik dan barang dari plastik minus US$65 juta (Rp975 miliar), serta mesin dan peralatan mekanis bagiannya minus US$61,4 juta (Rp921 miliar).

Sedangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Laos pada 2022 masih mengalami defisit US$141 juta (Rp2,1 triliun). Angka ini meroket 363,92 persen dibandingkan 2021.

Dengan tekad ini, Indonesia ingin mendongkrak nilai ekspor ke dua negara itu. Muaranya adalah neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand ataupun Laos bisa surplus.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button