Hangout

Asma Pada Anak, Apakah Bisa Disembuhkan?

Permasalahan pada pernapasan anak kerap menjadi kekhawatiran orang tua, terutama di cuaca pancaroba yang tak menentu akhir-akhir ini. Namun bagi anak-anak yang memiliki Asma, pasti akan menyebabkan anak kesulitan bernapas dan mengganggu kenyamanan mereka untuk bisa bermain dan melakukan aktivitas seperti anak pada umumnya.

Dokter Spesialis Anak RSIA Grand Family & RSIA Family dr. Irene Melinda Louis, Sp.A menjelaskan, dalam situasi ini orang tua pasti akan bertanya apakah asma bisa disembuhkan sehingga tidak lagi mengganggu kesehatan anak saat dewasa nanti?

Mungkin anda suka

“Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang sering dijumpai baik pada anak maupun dewasa. Prevalensi asma pada anak sangat bervariasi di antara negara-negara di dunia, berkisar antara 1-18%. Meski tidak menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian pada anak, asma merupakan masalah kesehatan yang penting,” kata Irene, Jakarta, Kamis (13/07/2023).

Jika tidak ditangani dengan baik, asma dapat menurunkan kualitas hidup anak, membatasi aktivitas, mengganggu tidur, hingga mempengaruhi kualitas belajar. Bagi keluarga dan sektor pelayanan kesehatan, asma yang tidak terkendali akan meningkatkan pengeluaran biaya.

“Pemahaman dari keseluruhan proses perkembangan penyakit, respon imun yang berhubungan dengan penyakit, genetika, manifestasi klinis, diagnosis, dan penanganan asma telah mengalami banyak kemajuan. Terjadinya asma dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan,” tambahnya.

Masih menurutnya, faktor mana yang berperan lebih tidak dapat dipastikan karena kompleksitas hubungan kedua faktor tersebut. Asma terjadi karena inflamasi kronik, hiperresponsif dan perubahan struktur akibat penebalan dinding bronkus (remodelling) saluran respiratori yang berlangsung kronik bahkan sudah ada sebelum munculnya gejala awal asma.

Penyempitan dan obstruksi pada saluran respiratori terjadi akibat penebalan dinding bronkus, kontraksi otot polos, edema mukosa, hipersekresi mukus.

Gejala klinis pada asma dapat berupa batuk, wheezing (mengi), sesak napas, dada terasa tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.

Diagnosis Asma Pada Anak

Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur klasik diagnosis medis yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.

1. Anamnesis

Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan gejala klinis yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma. Dokter perlu melihat karakteristik dari gejala yang dirasakan oleh anak. Hal ini juga dapat menentukan tingkat keparahan asma yang dirasakan oleh si kecil. Karakteristik tersebut yaitu:

–  Gejala timbul secara episodik atau berulang

– Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal)

– Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma

– Timbul bila ada faktor pencetus

– Iritan: rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna makanan

– Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari

– Infeksi respiratori akut karena virus

– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan

– Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.

2. Pemeriksaan fisik

Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisik pasien biasanya tidak ditemukan kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.

Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau rinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau geographic tongue.

3. Pemeriksaan penunjang

– Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi, hiperaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien

– Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter

– Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik

– Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosinofil sputum

– Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik

“Setelah anak mendapatkan diagnosa pasti, dokter kemudian dapat memulai merencanakan penanganan tepat untuk menangani asma pada anak,” tambahnya.

Apa Tujuan dari Penanganan?

Perlu dilakukan penanganan jangka panjang asma pada anak untuk mengendalikan asma dan mengurangi risiko serangan, penyempitan saluran respiratori yang menetap dan efek samping pengobatan, sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan berolahraga

2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari

3. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan

4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit mungkin terjadi, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Penanganan Jangka Panjang

Penanganan jangka panjang pada asma anak dibagi menjadi dua, tata laksana nonmedikamentosa (penanganan non obat) dan tata laksana medikamentosa (pengobatan dengan pemberian obat pada pasien).

Dalam pengobatan dengan pemberian obat pada pasien, obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda disebut juga sebagai obat pelega atau obat serangan. Obat ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini dihentikan.

Obat pengendali digunakan untuk mencegah serangan asma. Obat ini untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori kronik, sehingga tidak timbul serangan atau gejala asma. Obat ini digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, bergantung pada gejala asma dan respons terhadap pengobatan/ penanggulangan.

Sedangkan penghindaran pencetus asma merupakan bagian dari penanganan non obat pada asma anak selain tata laksana KIE yaitu Komunikasi, Informasi dan Edukasi, baik pada pasien maupun keluarganya. Serangan asma bisa terjadi akibat dua faktor, yaitu kegagalan dalam farmakoterapi jangka panjang dan kegagalan menghindari faktor pencetus, ketika faktor pencetus ini bisa menyebabkan keadaan yang tidak ada gejala menjadi bergejala atau yang gejalanya ringan menjadi berat.

Telah diketahui banyak faktor risiko terhadap kejadian asma pada anak, tetapi ada dua faktor besar yang dipercaya sangat berperan pada kejadian asma, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik hampir tak dapat dimodifikasi lagi dalam tata laksana penghindaran pencetus.

Sedangkan faktor lingkungan dalam hal ini diklasifikasikan dalam beberapa kategori, antara lain alergen hirupan (indoor dan outdoor), iritan, kondisi komorbid, dan faktor lain. Kunjungi dokter spesialis anak untuk membantu Moms dalam mendiagnosa dan pengobatan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button