Market

Rupiah Tak Kuasa Melawan Sentimen Negatif dari Moneter Ketat AS

Sentimen hawkish alias moneter ketat dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed masih berpengaruh negatif di pasar. Ini terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi di negeri Paman Sam.

Imbasnya, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat (10/3/2023) melemah.

Rupiah pada Jumat pagi dibuka menurun 50 poin atau 0,32 persen ke posisi Rp15.483 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.433 per dolar AS.

“Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Sentimen The Fed masih memberikan tekanan untuk rupiah,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (10/3/2023).

Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (8/3/2023) menegaskan kembali kesaksiannya di depan Kongres dari Selasa (7/3/2023) tentang kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, tetapi menekankan bahwa perdebatan masih berlangsung, dengan keputusan bergantung pada data yang akan dikeluarkan sebelum pertemuan Maret.

“Sinyal dari Powell dan pengumuman The Fed yang dekat juga mungkin menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see (menunggu dan mencermati) dan mengantisipasi yang terburuk yaitu The Fed kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan yang agresif,” ujar Ariston.

Pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan probabilitas 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, naik dari sekitar 22 persen sebelum komentar Powell pada Selasa (7/3/2023).

Data Jumat diharapkan menunjukkan pemberi kerja menambahkan 205 ribu pekerjaan pada Februari, menurut jajak pendapat para ekonom Reuters, jauh di bawah kenaikan 517 ribu yang jauh lebih besar dari perkiraan pada Januari. Upah diharapkan meningkat 0,3 persen untuk bulan ini, dan 4,7 persen setiap tahun.

Data inflasi harga konsumen pada Selasa (14/3/2023) juga akan menjadi kunci keputusan Fed. Diharapkan untuk menunjukkan bahwa harga naik 0,4 persen pada Februari.

Jika pasar tenaga kerja tetap kuat dan inflasi tetap tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat menghadapi kenaikan lebih lanjut, yang juga akan mendorong greenback.

Ariston memproyeksikan peluang pelemahan rupiah ke arah Rp15.480 per dolar AS, dengan potensi tertahan di sekitar 15.400 per dolar AS.

Rupiah pada Kamis (9/3) ditutup menguat lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.433 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.438 per dolar AS.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button