Hangout

Pesona Tlilir Art and Culture Festival Digelar di Kaki Gunung Sumbing

Menikmati ragam budaya yang dipadukan dengan keindahan alam Indonesia menjadi sebuah hal yang sangat langka dan bisa Anda dapatkan hanya di Indonesia.

Tepatnya di Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, lokasi yang terbilang unik, menjadi tempat gelaran ajang festival budaya Tlilir Art and Culture Festival bertajuk From Village to The World.

Pagelaran seni budaya yang menampilkan panggung dengan berlatar belakang puncak gunung Sumbing adalah sebuah daya tarik yang memanjakan mata.

Tlilir Art and Culture Festival
Fashion show persembahan Shibiru di festival Tlilir. (Dokumentasi: Festival Tlilir).

Festival perdana yang berlangsung pada 1-3 September 2023 itu, diharapkan menjadi daya tarik pariwisata baru bagi kabupaten Temanggung sekaligus mendukung upaya pemerintah pusat dalam mencapai target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun ini.

Keindahan alam dan tembakau yang mendunia juga menjadi daya tarik tak hanya bagi wisnus melainkan juga wisatawan mancanegara (wisman).

Wisman yang pernah datang ke desa Tlilir di antaranya berasal dari Belanda, Belgia, Jerman, Rusia, Ukraina dan Australia. Bagi turis yang ingin menginap, desa Tlilir saat ini juga memiliki 12 homestay.

Festival Digelar di Atap Rumah Warga

Tlilir Art and Culture Festival
Tlilir Art and Culture Festival digelar di atap rumah warga. (Dokumentasi: festival Tlilir)

Kemegahan panggung yang disajikan ternyata berdiri di atas atap rumah warga. Maklum, warga desa Tlilir hampir semuanya adalah petani tembakau. Jika Anda mampir ke desa Tlilir, hampir semua rumah warga di sana atapnya memiliki lahan luas untuk menjemur tembakau. Lahan tersebutlah yang menjadi tempat para penonton menikmati Tlilir Art and Culture Festival.

Ajang 1st Tlilir Art and Culture Festival yang diselenggarakan oleh Heavenly Indonesia, Pemerintah Desa Tlilir dan Travelita (Pegiat Pariwisata Temanggung), mendapat dukungan penuh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Festival ini menarasikan ‘Tlilir: Tembakau, Tradisi dan Takdir’, serta mengusung Sustainability & Eco-Friendly Event.

Berbagai ornamen dan dekorasi venue event ini seluruhnya menggunakan material dari bambu.

Selama tiga hari digelar serangkaian acara, di antaranya konser musik etnik yang diisi oleh Irene Ghea x Arlida Putri, Orkes Sinten Remen, dan Jogja Hip Hop Foundation.

Tlilir Art and Culture Festival
Orkes Sinten Remen saat menyapa para penonton dan ikut berjoget bersama di Tlilir Festival. (Dokumentasi: Tlilir Festival).

Hadir juga outdoor fashion show dari perancang busana nasional dan lokal yang bertema ordinary traveling. Pengunjung juga bisa menikmati drama musikal yang melibatkan penduduk setempat mulai dari pelajar hingga orang tua.

Tak kalah menarik, terdapat pula festival kuda lumping serta ragam UMKM yang menyuguhkan kuliner khas Temanggung, produk kerajinan dari tembakau dan fesyen.

Tlilir Art and Culture Festival
Penampilan kuda lumping di Tlilir Festival. (Dokumentasi: Inilah.com).

Ridlo Amiruddin, Direktur Digra Sinergi Harsa selaku penyelenggara  Tlilir Art & Culture Festival menyampaikan, event yang akan digelar secara tahunan ini merupakan pesta rakyat kesenian dan kebudayaan yang berbasis pada community based tourism.

Local wisdom sangat kami perhatikan, misal untuk outdoor fashion show saja kita bekerja sama dengan pemuda pemudi Karang Taruna, Ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani. Mereka kita edukasi hanya dalam tiga hari saja namun hasilnya cukup memuaskan kita di catwalk,” ungkapnya.

Ridlo menambahkan, untuk penyelenggaraan tahun depan, pihaknya tetap akan menjaga komitmen untuk membangun event yang berbasis pada pariwisata berkelanjutan serta akan lebih banyak bersinergi lagi dengan para stakeholders.

“Untuk penyelenggara event tahun depan jadwalnya akan kita ajukan di bulan Juli agar menjadi beberapa rangkaian event di lereng gunung di pulau Jawa, seperti Festival 7 Gunung dan Dieng Culture Festival. Ini penting, agar wisatawan adventure dan minat khusus kian bertumbuh,” paparnya.

Dukungan Penuh dari Pemerintah

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, selaras dengan berkembangnya seni dan budaya, Tlilir terus memproklamirkan diri sebagai desa wisata kampung tembakau.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pun mendukung penyelenggaraan ‘1st Tlilir Art and Culture Festival’ yang merupakan hallmark event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh masyarakat.

“Saya berharap dengan adanya dukungan dan kolaborasi bebagai pihak, Tlilir Art and Culture Festival menjadi momen tak terlupakan bagi seluruh peserta dan pengunjung,” kata Menparekraf dalam sambutannya secara virtual, dikutip Minggu (3/9/2023).

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani juga menyambut baik festival Tlilir yang diadakan tiga hari itu.

Tlilir Art and Culture Festival
epala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani saat hadir membuka Tlilir Art and Culture Festival. (Dokumentasi: Tlilir Festival).

Dalam sambutannya di lokasi festival pada Sabtu (2/9/2023) menyampaikan, event seperti festival budaya merupakan bagian dari 3A (Akses, Atraksi, Amenitas) dan menjadi unsur penting untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Dia juga menilai, pagelaran festival Tlilir sebagai wujud inovasi dan adaptasi terhadap tren perubahan sikap wisatawan pascapandemi dalam berwisata yang bersifat personalize, customize, localize dan smaller in size.

“Wisatawan pascapandemi cenderung lebih menyukai aktivitas pariwisata luar ruangan atau outdoor dan suasana di Tlilir cocok untuk pengembangan desa berbasis ecotourism,” tuturnya.

Dewi menambahkan, Kemenparekraf mengapresiasi dan mendorong keberlanjutan event Tlilir Art & Culture Festival serta mengajak seluruh stakeholders pariwisata untuk berkolaborasi.

“Kami berharap festival ini berkelanjutan sehingga bisa menjadi event tahunan di Jawa Tengah dan khususnya di Temanggung, serta bisa mendatangkan banyak pengunjung dari berbagai daerah. Sehingga, pada akhirnya akan bisa mendukung pencapaian target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisnus di 2023,” paparnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana menambahkan, selain perbaikan aksesibilitas, pihaknya akan mengupayakan agar event festival tersebut semakin banyak diketahui masyarakat luar sehingga multiplier effect-nya tidak hanya dirasakan di kabupaten saja tapi secara nasional.

“Temanggung punya dua hal yang unik dan mendunia yaitu tembakau dan kopi. Event ini juga menjadi bagian yang bisa dijual dan dipromosikan,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button